Sabtu, 27 September 2008

Syeikh Muhammad Nazim Adil Al Haqqani



Beliau dilahirkan di Larnaca, Siprus, pada hari Minggu, tanggal 23 April 1922 – atau 26 Shaban 1340 H. Dari sisi ayah, beliau adalah keturunan Abdul Qadir Jailani, pendiri thariqat Qadiriah. Dari sisi ibunya, beliau adalah keturunan Jalaluddin Rumi, pendiri thariqat Mawlawiyyah, yang juga merupakan keturunan Hassan-Hussein (as ) cucu Nabi Muhammad saw. Selama masa kanak-kanak di Siprus, beliau selalu duduk bersama kakeknya, salah seorang syaikh thariqat Qadiriah untuk belajar spiritualitas dan disiplin. Tanda-tanda luar biasa telah nampak pada syaikh Nazim kecil, tingkah lakunya sempurna. Tidak pernah berselisih dengan siapapun, beliau selalu tersenyum dan sabar. Kedua kakek dari pihak ayah dan ibunya melatih beliau pada jalan spiritual.



Ketika remaja, Shaykh Nazim sangat diperhitungkan karena tingkat spiritualnya yang tinggi. Setiap orang di Larnaca mengenal beliau, karena dengan umur yang masih amat muda mampu menasihati orang-orang, meramal masa depan dan dengan spontan membukanya. Sejak umur 5 tahun sering ibundanya mencarinya, dan didapati beliau sedang berada didalam masjid atau di makam Umm Hiram, salah satu sahabat Nabi Muhammad (saw) yang berada di sebelah masjid. Banyak sekali turis mendatangi makam tersebut karena tertarik akan pemandangan sebuah batu yang tergantung diatas makam itu.
Ketika sang ibu mengajaknya pulang, beliau mengatakan :” Biarkan aku disini dengan Umm Hiram, beliau adalah leluhur kita.”Biasanya terlihat syaikh Nazim sedang berbicara, mendengarkan dan menjawab seperti berdialog dengannya. Bila ada yang mengusiknya, beliau katakan :“ Biarkan aku berdialog dengan nenekku yang ada di makam ini.”

Ayahnya mengirim beliau ke sekolah umum pada siang hari dan sorenya belajar ilmu-ilmu agama. Beliau seorang yang jenius diantara teman-temannya. Setelah tamat sekolah ( setara SMU ) syaikh Nazim menghabiskan malam harinya untuk mempelajari thariqat Mawlawiyyah dan Qadiriah. Beliau mempelajari ilmu Shariah, Fiqih, ilmu tradisi, ilmu logika dan Tafsir Qur’an. Beliau mampu memberikan penjelasan hukum tentang masalah-masalah Islam secara luas. Beliau juga mampu berbicara bagi orang-orang dari segala tingkatan spiritual. Beliau di beri kemampuan untuk menjelaskan masalah-masalah yang sulit dalam bahasa yang jelas dan mudah.

Setelah tamat SMA di Siprus, syaikh Nazim pindah ke Istambul pada tahun 1359 H / 1940, dimana kedua saudara laki-laki dan seorang saudara perempuannya tinggal. Beliau belajar tehnik kimia di Universitas Istambul, di daerah Bayazid. Pada saat yang sama beliau memperdalam hukum Islam dan bahasa Arab pada guru beliau, syaikh Jamaluddin al-Lasuni, yang meninggal pada th 1375 H / 1955 M. Shaykh Nazim meraih gelar sarjana pada tehnik kimia dengan hasil memuaskan dibanding teman-temannya. Ketika Professor di universitasnya memberi saran agar melakukan penelitian, beliau katakan,” Saya tidak tertarik dengan ilmu modern. Hati saya selalu tertarik pada ilmu-ilmu spiritual.”






Selama tahun pertama di Istambul, beliau bertemu dengan guru spiritual pertamanya, Shaykh Sulayman Arzurumi, seorang syaikh dari thariqat Naqsybandi yang meninggal pada th. 1368 H / 1948 M. Sambil kuliah syaikh Nazim belajar pada beliau sebagai tambahan dari ilmu thariqat yang telah dimilikinya yaitu Mawlawiyyah dan Qadiriah. Biasanya beliau akan terlihat di masjid sultan Ahmad, bertafakur sepanjang malam. Syaikh Nazim menuturkan :

“Disana aku menerima barakah dan kedamaian hati yang luar biasa. Aku shalat subuh bersama kedua guruku, Shaykh Sulayman Arzurumi dan shaykh Jamaluddin al-Lasuni. Mereka mengajariku dan meletakkan ilmu spiritual dalam hatiku. Aku mendapat banyak penglihatan spiritual agar pergi menuju Damaskus, tapi hal itu belum diizinkan. Sering aku melihat Nabi Muhammad memanggilku menuju ke hadapannya. Ada hasrat yang mendalam agar aku meninggalkan segalanya dan untuk pindah menuju kota suci Nabi.
Suatu hari ketika hasrat hati ini semakin kuat, aku diberi “penglihatan” itu. Guruku , Shaykh Sulayman Arzurumi datang dan menepuk pundakku sambil mengatakan,’Sekarang sudah turun izin. Rahasia-rahasia, amanat, dan ajaran spiritualmu bukan ada padaku. Aku menahanmu karena amanat sampai engkau siap bertemu dengan guru sejatimu yang juga guruku sendiri yaitu Syaikh Abdullah ad-Daghestani. Beliau pemegang kunci-kuncimu. Temui beliau di Damaskus. Izin ini datang dariku dan berasal dari Nabi.’ ( Shaykh Sulayman Arzurumi adalah salah satu dari 313 awliya thariqat Naqsybandi yang mewakili 313 utusan. )Bayangan itupun berakhir. Aku mencari guruku untuk menceritakan pengalaman itu. Dua jam kemudian aku melihat syaikh menuju masjid, aku berlari menghampirinya. Beliau membuka kedua tangannya dan berkata,

” Anakku, bahagiakah engkau dengan penglihatan itu ?” Aku sadar bahwa beliau juga telah mengetahui segalanya. “Jangan tunggu lagi, segera berangkat ke Damaskus.” Beliau bahkan tidak memberiku alamat atau informasi lain, kecuali sebuah nama : Syaikh Abdullah ad-Daghestani di Damaskus.Dari Istambul ke Aleppo aku naik kereta. Selama perjalanan aku masuk dari satu masjid ke masjid lain, shalat, duduk dengan para ulama dan menghabiskan waktu untuk ibadah dan tafakur.


Aku bermimpi tadi malam, Nabi mendatangiku. Beliau mengatakan : “Salah satu cucuku akan datang esok hari. Jagalah dia demi aku.” Beliau memberi petunjuk bagaimana ciri-ciri cucu beliau yang sekarang aku lihat semuanya ada pada dirimu.’

Dia memberiku sebuah kamar didalam masjid itu dimana aku menetap selama setahun. Aku tidak pernah keluar kecuali untuk shalat dan duduk ditemani 2 ulama Homs yang mumpuni, mereka mengajar bacaan Al-Qur’an, tafsir, fiqih dan tradisi-tradisi Islam. Mereka adalah Shaykh Muhammad Ali Uyun as-Sud dan shaykh Abdul Aziz Uyun as-Sud. Disana, aku juga mengikuti pelajaran-pelajaran dari dua syaikh Naqsybandi, Shaykh Abdul Jalil Murad dan Shaykh Said as-Suba’i. Hatiku semakin menggebu untuk segera tiba di Damaskus, namun karena perang masih berkecamuk maka kuputuskan untuk menuju Tripoli di Lebanon, dari sana menuju Beirut lalu ke Damaskus lewat jalur yang lebih aman.

Pada tahun 1364 AH / 1944 M, Syaikh Nazim pergi ke Tripoli dengan bis. Bis ini membawa beliau sampai ke pelabuhan yang masih asing, dan tidak seorangpun dikenalnya. Ketika berjalan mengelilingi pelabuhan, beliau melihat seseorang dari arah berlawanan. Orang itu adalah Mufti Tripoli yang bernama Shaykh Munir al-Malek. Beliau juga merupakan shaykh atas semua thariqat sufi di kota itu.
“ Apakah kamu shaykh Nazim ? aku bermimpi dimana Nabi mengatakan, ‘Salah satu cucuku tiba di Tripoli.’ Beliau tunjukkan gambaran sosokmu dan menyuruhku mencarimu di kawasan ini. Nabi menyuruhku agar menjagamu. “

Syaikh Nazim memaparkan hal ini :Aku tinggal dengan syaikh Munir al-Malek selama sebulan. Beliau mengatur perjalananku menuju Homs untuk kemudian dilanjutkan ke Damaskus. Aku tiba di Damaskus pada hari Jum’at th. 1365 H / 1945 awal tahun Hijriah. Aku tahu bahwa Syaikh Abdullah ad-Daghestani tinggal di wilayah Hayy al-Maidan, dekat dengan makam Bilal al-Habashi dan banyak keturunan dari keluarga Nabi. Sebuah daerah kuno yang penuh dengan monumen-monumen bersejarah.

Akupun tidak tahu yang mana rumah syaikh Abdullah. Sebuah penglihatan datang ketika aku berdiri di pinggir jalan; syaikh keluar dari rumahnya dan memanggilku untuk masuk. Penglihatan itu segera lenyap, dan tetap tak kulihat siapapun di jalanan. Keadaan tampak senyap akibat invasi orang-orang Perancis dan Inggris. Penduduk ketakutan dan bersembunyi didalam rumah masing-masing. Aku sendirian dan mulai berkontemplasi didalam hati untuk mengetahui yang mana rumah syaikh Abdullah. Sekilas gambaran itu muncul, sebuah rumah dengan sebuah pintu yang spesifik. Aku berusaha mencari sampai akhirnya ketemu. Ketika akan kuketuk, syaikh membuka pintu rumah menyambutku, ” Selamat datang anakku, Nazim Effendi.”
Penampilannya yang tidak biasa segera menarik hatiku. Tidak pernah aku bertemu dengan syaikh yang seperti itu sebelumnya. Cahaya terpancar dari wajah dan keningnya. Kehangatan yang berasal dari dalam hatinya dan dari senyuman di wajahnya. Beliau mengajakku ke lantai atas dengan menaiki tangga didalam kamar beliau , “ Kami sudah menunggumu.”

Didalam hati, aku sangat bahagia bersamanya, namun masih ada hasrat untuk mengunjungi kota Nabi. Aku bertanya pada beliau,” Apa yang harus kulakukan ?” Beliau menjawab,” Besok akan aku beri jawaban, sekarang waktumu untuk istirahat !” Beliau menawari makan malam lalu kami shalat Isya berjamaah, kemudian tidur.
Pagi-pagi sekali beliau membangunkan aku untuk melakukan shalat. Tidak pernah aku merasakan kekuatan luar biasa seperti cara beliau beribadah. Aku merasa sedang berada dihadapan Ilahi dan hatiku semakin tertarik akan beliau. Kembali sebuah ‘penglihatan’ terlintas. Aku melihat diriku sendiri menaiki sebuah tangga dari tempat kami shalat menuju ke Bayt al-Mamur, Ka’bah surgawi, setingkat demi setingkat. Setiap tingkat yang kulalui adalah maqam yang diberikan syaikh kepadaku. Di setiap maqam aku menerima pengetahuan didalam hatiku yang sebelumnya tidak pernah aku dengar ataupun aku pelajari. Kata-kata, frase, kalimat diletakkan sekaligus dalam cara yang indah, di alirkan menuju ke dalam hatiku, dari maqam ke maqam sampai terangkat menuju Bayt al-Makmur. Disana aku melihat 124.000 (seratus dua puluh empat ribu) Nabi-nabi berbaris melakukan shalat, dan Nabi Muhammad sebagai imamnya.

Aku melihat 124.000 ( seratus dua puluh empat ribu ) sahabat Nabi yang berbaris dibelakang beliau. Aku melihat 7007 ( tujuh ribu tujuh ) awliya thariqat Naqsybandi berdiri dibelakang mereka sedang shalat. Aku juga melihat 124.000 ( seratus dua puluh empat ribu ) awliya thariqat lain berbaris melaksanakan shalat.
Sebuah tempat sengaja disisakan untuk dua orang tepat disebelah Abu Bakr as-Siddiq. Grandsyaikh mengajakku menuju tempat itu dan kamipun shalat subuh. Suatu pengalaman beribadah yang sangat indah. Ketika Nabi memimpin shalat itu, bacaan yang dikumandangkan beliau sungguh syahdu. Tidak ada kata-kata yang mampu melukiskan pengalaman itu, sesuatu yang Ilahiah.
Begitu shalat selesai, penglihatan itupun berakhir, tepat ketika syaikh menyuruhku untuk melakukan adhan subuh. Beliau shalat didepan dan aku dibelakangnya. Dari arah luar aku mendengar suara peperangan antar 2 pihak pasukan tentara. Grandsyaikh segera mem-baiat-ku didalam thariqat Naqsybandi, kata beliau : ‘Anakku, kami punya kekuatan untuk bisa membuat seorang murid mencapai maqamnya dalam waktu sedetik saja.’ Sambil melihat ke arah hatiku, kedua mata beliau berubah dari kuning menjadi merah, lalu berubah putih, kemudian hijau dan akhirnya hitam. Perubahan warna itu berhubungan dengan ilmu-ilmu yang di pancarkan pada hatiku.
Pertama adalah warna kuning yang menunjukkan maqam ‘qalbu’. Beliau alirkan segala jenis pengetahuan eksternal yang diperlukan untuk melaksanakan kehidupan manusia sehari-hari.

Yang kedua adalah maqam ‘rahasia/Sirr’, pengetahuan dari seluruh 40 thariqat yang berasal dari Ali bin Abi Talib. Aku rasakan diriku menjadi pakar dalam seluruh thariqat-thariqat ini. Mata beliau berubah warna menjadi merah saat hal ini terjadi. Tahap yang ketiga adalah tingkatan ‘Sirr as Sirr’ yang hanya diizinkan bagi para syaikh Naqsybandi dengan imamnya Abu Bakr. Saat itu mata grandsyaikh telah berubah menjadi putih.
Maqam keempat yaitu ‘pengetahuan spiritual tersembunyi / khafa’ dimana saat itu mata beliau berubah warna menjadi hijau.Terakhir adalah tahap akhfa, maqam yang paling rahasia dimana tak ada apapun yang nampak disana. Mata beliau berubah menjadi hitam, dan disinilah beliau mengantarku menuju Hadirat Allah. Kemudian grandsyaikh mengembalikan aku lagi pada eksistensiku semula.
Rasa cintaku pada grandsyaikh begitu meluap, sehingga tidak terbayangkan bila harus berjauhan dengannya. Aku tak menginginkan apapun kecuali agar bisa berdekatan dan melayani beliau selamanya. Namun perasaan damai itu terasa disambar oleh petir, badai dan tornado. Ujian yang sungguh luar biasa dan membuatku putus asa ketika kemudian beliau mengatakan :
‘Anakku, orang-orangmu membutuhkanmu. Aku telah cukup memberimu untuk saat ini. Pergilah ke Siprus hari ini juga.’
Aku jalani satu setengah tahun agar bisa bertemu dengan beliau. Aku lewatkan satu malam bersama beliau . Kini beliau memintaku untuk kembali ke Siprus, sebuah tempat yang telah kutinggalkan selama 5 tahun. Perintah yang amat mengerikan bagiku, namun dalam thariqat sufi, seorang murid harus menyerah pada kehendak syaikh-nya. Setelah mencium tangan dan kaki beliau sambil meminta izin, aku mencoba menemukan jalan menuju Siprus.Perang Dunia II akan segera berakhir dan sama sekali tidak ada sarana transportasi. Ketika aku sedang memikirkan jalan keluarnya, seseorang menghampiriku, ‘Syaikh, anda butuh tumpangan ?’
Ya ! kemana tujuan anda ?’ aku balik bertanya.‘Ke Tripoli.’ jawabnya. Kemudian dengan truknya, setelah 2 hari perjalanan, kamipun sampai di Tripoli. ‘Antarkan aku sampai pelabuhan.’ kataku‘Buat apa ?’‘Agar bisa naik kapal ke Siprus.’‘Bagaimana bisa ? tak ada yang bepergian lewat laut saat perang seperti ini.’‘Tidak apa-apa. Antarkan aku kesana.’

Ketika dia menurunkanku di pelabuhan, aku kembali terkejut ketika syaikh Munir al-Malek menghampiriku. Kata beliau : ‘ Cinta macam apakah yang dimiliki kakekmu padamu ? Nabi datang lagi lewat mimpiku dan mengatakan – ‘ Cucuku, si Nazim akan segera tiba, jagalah dia.’


Aku tinggal bersama syaikh Munir selama 3 hari. Aku memintanya untuk mengatur perjalananku sampai ke Siprus. Beliau telah berusaha, namun karena keadaan perang dan minimnya bahan bakar maka hal itu sangat mustahil. Akhirnya hanya ada sebuah perahu. ‘Kamu bisa pergi, tapi amat berbahaya !’ kata syaikh Munir.


Tapi aku harus pergi, ini adalah perintah syaikh-ku.’


Syaikh Munir membayar sejumlah besar uang pada pemilik perahu untuk membawaku. Kami berlayar selama 7 hari agar sampai ke Siprus, yang normalnya hanya memakan waktu 2 hari saja dengan perahu motor. Segera setelah sampai di daratan Siprus, penglihatan spiritual terlintas dalam hatiku.


Aku merasa Grandsyaikh Abdullah ad-Daghestani mengatakan padaku,

Oh anakku, tidak seorangpun mampu menahanmu membawa amanatku. Engkau telah
banyak mendengar dan menerima. Mulai detik ini aku akan selalu dapat terlihat olehmu. Setiap
engkau arahkan hatimu padaku, aku akan selalu berada disana. Segala pertanyaan yang engkau ajukan akan dijawab langsung, berasal dari hadirat Ilahi. Segala tingkatan spiritual yang ingin e
ngkau capai, akan dianugerahkan kepadamu karena penyerahan totalmu. Semua awliya puas denganmu, Nabipun bahagia akan dirimu.’Ketika hal itu terjadi, aku merasakan syaikh ada disisiku dan sejak saat itu beliau tidak pernah meninggalkanku. Beliau selalu berada di sampingku.
Syaikh Nazim mulai menyebarkan bimbingan spiritual dan mengajar agama Islam di Siprus. Banyak murid-murid yang mendatangi beliau dan menerima thariqat Naqsybandi. Namun sayang, waktu itu semua agama dilarang di Turki dan karena beliau berada di dalam komunitas orang-orang Turki di Siprus, agamapun juga dilarang disana. Bahkan mengumandangkan adhanpun tidak diperbolehkan.
Langkah beliau yang pertama adalah menuju masjid di tempat kelahirannya dan mengumandangkan adhan disana, segera beliau dimasukkan penjara selama seminggu. Begitu dibebaskan, syaikh Nazim pergi menuju masjid besar di Nicosia dan melakukan adhan di menaranya. Hal itu membuat para pejabat marah dan beliau dituntut atas pelanggaran hukum. Sambil menunggu sidang, syaikh Nazim terus mengumandangkan adhan di menara-menara masjid seluruh Nicosia. Sehingga tuntutanpun terus bertambah, ada 114 kasus yang menunggu beliau. Pengacara menasihati beliau agar berhenti melakukan adhan, namun syaikh Nazim mengatakan : “ Tidak, aku tidak bisa. Orang-orang harus mendengar panggilan untuk shalat.”
Hari persidangan tiba. Jika tuntutan 114 kasus itu terbukti, beliau bisa dihukum 100 tahun penjara. Pada hari yang sama hasil pemilu diumumkan di Turki. Seorang laki-laki bernama Adnan Menderes dicalonkan untuk berkuasa. Langkah pertama dia ketika terpilih menjadi Presiden adalah membuka seluruh masjid-masjid dan mengijinkan adhan dalam bahasa Arab. Itulah keajaiban syaikh kita.Selama bertahun-tahun disana, beliau mengadakan perjalanan ke seluruh penjuru Siprus. Beliau juga mengunjungi Lebanon, Mesir, Saudi Arabia dan tempat-tempat lain untuk mengajar thariqat Sufi. Syaikh Nazim kembali ke Damaskus pada th. 1952 ketika beliau menikahi salah satu murid grandsyaikh Abdullah yaitu Hajjah Amina Adil. Sejak saat itu beliau tinggal di Damaskus dan mengunjungi Siprus setiap tahunnya, yaitu selama 3 bulan pada bulan Rajab, Shaban, dan Ramadhan.
Syaikh Nazim dan keluarganya tinggal di Damaskus, dan keluarganya selalu menyertai bila syaikh Nazim pergi ke Siprus. Syaikh Nazim mempunyai dua anak perempuan dan dua anak laki-laki.
Perjalanan Syaikh Nazim
Syaikh Nazim pergi haji setiap tahunnya untuk memimpin kelompok orang-orang Siprus. Beliau melaksanakan ibadah haji sebanyak 27 kali. Beliau menjaga murid-muridnya dan sebagai pengikut grandsyaikh Abdullah.
Suatu saat grandsyaikh mengatakan padanya agar pergi ke Aleppo dari Damaskus dengan berjalan kaki, dan berhenti di setiap desa untuk menyebarkan thariqat Naqsybandi, ajaran sufisme dan ajaran Islam. Jarak antara Damaskus menuju Aleppo sekitar 400 kilometer. Butuh waktu lebih dari satu tahun untuk perjalanan pergi dan kembali. Syaikh Nazim berjalan kaki selama satu atau dua hari. Ketika sampai di sebuah desa, beliau tinggal disana selama seminggu untuk menyebarkan thariqat Naqsybandi, memimpin dzikir, melatih penduduk dan melanjutkan perjalanan beliau sampai ke desa selanjutnya. Nama beliaupun mulai terdengar di setiap lidah orang-orang, mulai dari perbatasan Yordania sampai perbatasan Turki dekat Aleppo.
Hal yang sama diperintahkan dan dijalankan oleh syaikh Nazim agar berjalan kaki ke Siprus. Dari desa satu menuju desa lainnya, menyeru orang agar kembali pada Tuhannya dan meninggalkan segala materialisme, sekularisme dan atheisme.Beliau amat dicintai diseluruh Siprus, dan masyur dengan sebutan ‘Syaikh Nazim berturban hijau / Syaikh Nazim Yesilbas’ karena turban dan jubahnya yang berwarna hijau.
Beliau sering mengunjungi Lebanon, dimana kami mengenal beliau. Pada th. 1955, aku berada di kantor pamanku, yang menjabat sebagai sekjen urusan agama di Lebanon, sebuah jabatan yang tinggi dalam Pemerintahan. Ketika itu tiba waktunya shalat Ashar dan pamanku, Syaikh Mukhtar Alayli sering shalat di masjid al-Umari al-Kabir di Beirut. Disana ada juga gereja pada masa Umar bin al-Khattab, yang telah berubah menjadi masjid pada masa beliau. Di bawah tanah masjid masih terdapat fondasi gereja. Pamanku menjadi imam dan aku beserta dua saudaraku shalat dibelakang beliau.
Seorang syaikh datang dan shalat disebelah kami. Kemudian orang itu melihat kedua kakakku dan menyebut nama-nama mereka, selanjutnya menoleh ke arahku dan menyebutkan namaku. Kami amat terkejut, karena kami tidak saling mengenal sebelumnya. Pamanku juga tertarik pada beliau. Itulah pertama kali kami bertemu syaikh Nazim. Kakak tertuaku berkeras untuk mengajak syaikh Nazim dan paman untuk menginap di rumah kami.Syaikh Nazim mengatakan : “ Saya dikirim oleh syaikh Abdullah. Beliau yang mengatakan ‘Setelah shalat ashar nanti, yang ada disebelah kananmu bernama ini dan yang lain bernama ini. Ajaklah mereka masuk thariqat Naqsybandi. Mereka akan menjadi pengikut kita.’ “
Kami masih amat muda dan kagum akan cara beliau mengetahui nama-nama kami.Sejak saat itu beliau mengunjungi Beirut secara rutin. Kami pergi ke Damaskus setiap Minggunya, dengan cara memohon pada ayah kami agar diizinkan mengunjungi grandsyaikh. Aku dan kakakku menerima banyak pengetahuan spiritual dan menyaksikan kekuatan-kekuatan ajaib yang dialirkan pada hati kami, para pencari.
Rumah Syaikh Nazim tidak pernah sepi dari pengunjung. Sedikitnya seratus orang silih berganti mengunjungi rumah beliau setiap harinya dan dilayani dengan baik. Rumah beliau dekat dengan rumah grandsyaikh di Jabal Qasiyun, sebuah pegunungan yang tampak dari kotanya, disebelah tenggara Damaskus. Rumah semen beliau yang sederhana dengan segala perabot dibuat dari tangan dengan bahan kayu atau bahan-bahan alami lain.
Mulai tahun 1974, beliau mengunjungi Eropa. Dari Siprus menuju London dengan pesawat dan kembalinya mengendarai mobil lewat jalan darat. Beliau melanjutkan pertemuan dengan setiap kalangan masyarakat dari berbagai daerah, bahasa, adat sampai keyakinan yang berbeda-beda. Orang-orang mulai mengucap kalimat Tauhid dan bergabung dengan thariqat sufi dan belajar tentang rahasia-rahasia spiritual dari beliau. Senyum dan wajahnya yang bersinar amat dikenal di seluruh benua Eropa dan disayangi karena membawa cita rasa spiritualitas yang sebenarnya dalam kehidupan masyarakat.
Tahun-tahun selanjutnya, beliau melakukan perjalanan kaki di wilayah negara Turki. Sejak tahun 1978, beliau habiskan tiga sampai empat bulan disetiap daerah di Turki. Dalam setahun beliau bepergian di daerah Istambul, Yalova, Bursa, Eskisehir dan Ankara. Di lain kesempatan beliau mengunjungi Konya, Isparta dan Kirsehir. Tahun berikutnya mengunjungi pesisir selatan dari Adana menuju Mersin, Alanya, Izmir dan Antalya. Kemudian ditahun berikutnya beliau bepergian ke sisi timur, Diyarbakir, Erzurm sampai perbatasan Irak. Kemudian kunjungan selanjutnya adalah di laut hitam, bergerak dari satu wilayah ke wilayah lainnya, dari kota menuju kota lain, dari masjid ke masjid men-syiarkan firman-firman Allah dan spiritualitas dimanapun beliau berada.
Dimanapun syaikh Nazim pergi, beliau disambut oleh kerumunan massa dari yang sederhana sampai pejabat pemerintahan. Beliau masyur dengan sebutan ‘Al-Qubrusi’ di seluruh Turki. Syaikh Nazim merupakan syaikh / guru dari Presiden Turki terakhir, Turgut Ozal yang amat menghormati beliau. Akhir-akhir ini syaikh Nazim terkenal karena pemberitaan yang luas dari media dan pers. Beliau di wawancarai hampir tiap minggu oleh berbagai stasiun TV dan reporter yang menanyakan tentang berbagai kejadian serta masa depan Turki. Beliau mampu menjembatani antara pemerintahan yang sekuler dan kelompok Islam fundamental, seperti yang diajarkan oleh Nabi ( saw ) sehingga tercipta kedamaian disetiap hati dan pikiran dari kedua belah pihak, baik kalangan awam maupun yang cerdas sekalipun.
Tahun 1986, beliau terpanggil untuk mengadakan perjalanan menuju Timur jauh; Brunei, Malaysia, Singapore, India, Pakistan, Sri Lanka. Beliau di terima baik oleh para Sultan, Presiden, anggota parlemen, pejabat pemerintah dan tentu saja rakyat pada umumnya. Beliau di sebut sebagai orang suci zaman ini di Brunei. Beliau disambut dengan kemurahan rakyat dan khususnya oleh Sultan Hajji Hasan al-Bolkiah. Beliau digolongkan sebagai salah satu syaikh terbesar thariqat Naqsybandi di Malaysia. Di Pakistan, beliau dikenal sebagai penyegar akan thariqat sufi dan beliau mempunyai ribuan murid. Di Srilanka, di antara pemerintahan dan rakyat biasa, beliau mempunyai lebih dari 20.000 ( dua puluh ribu ) murid. Di antara muslim Singapore, beliau juga amat dihormati.
Pada tahun 1991, untuk pertama kalinya beliau mengunjungi Amerika. Lebih dari 15 negara bagian beliau kunjungi. Beliau bertemu dengan banyak kalangan masyarakat dari berbagai aliran dan agama-agama : Muslim, Kristen, Yahudi, Sikh, Buddha, Hindu, New age, dan lain-lain. Hal ini membuahkan berdirinya lebih dari 13 pusat-pusat thariqat Naqsybandi di Amerika Utara. Kunjungan kedua th. 1993, beliau mendatangi berbagai daerah dan kota-kota, masjid-masjid, gereja, sinagog, dan candi-candi. Melalui beliau, lebih dari 10.000 ( sepuluh ribu ) rakyat Amerika Utara telah masuk Islam dan ber-baiat dalam thariqat Naqsybandi.
Pada bulan Oktober 1993, beliau menghadiri peresmian kembali masjid dan sekolah Imam Bukhari di Bukhara, Uzbekistan. Beliau adalah orang pertama diantara banyak generasi Imam Bukhari yang mampu mengembalikan daerah pusat para awliya di Asia tengah yang sangat kuat mengabadikan nama dan ajarannya dalam thariqat ini.Sebagaimana Shah Naqsyband sebagai pelopor di daerah Bukhara dan Asia Tengah, juga Ahmad as-Sirhindi al-Mujaddidi pelopor di milenium ke 2, dan Khalid al-Baghdadi pelopor kebangkitan Islam, shariah, dan thariqat di Timur Tengah; maka syaikh Nazim Adil al-Haqqani adalah pelopor , pembaharu dan penyeru umat agar kembali pada Tuhan-nya di abad ini, abad perkembangan tekhnologi dan materialisme.
Khalwat Syaikh Nazim
Khalwat pertama beliau atas perintah Syaikh Abdullah ad-Daghestani di tahun 1955 di Sueileh, Yordania. Beliau berkhalwat selama 6 bulan. Kekuatan dan kemurnian dalam setiap kehadiran beliau mampu menarik ribuan murid di Sueileh dan desa-desa sekitarnya, Ramta dan Amman menjadi penuh oleh murid-muridnya. Ulama, pejabat resmi dan banyak kalangan tertarik akan pencerahan dan kepribadian beliau.Ketika baru mempunyai 2 orang anak, satu perempuan dan satu laki-laki, syaikh Nazim dipanggil oleh grandsyaikh Abdullah. “ Aku menerima perintah dari Nabi untukmu agar melakukan khalwat di masjid Abdul Qadir Jailani di Baghdad. Pergilah kesana dan lakukan khalwat selama 6 bulan.”
Syaikh Nazim bercerita mengenai peristiwa ini :
Aku tidak bertanya apapun pada grandsyaikh. Aku bahkan tidak pulang ke rumah. Aku langsung melangkahkan kakiku menuju Marja, di dalam kotanya. Tidak pernah terlintas dalam benakku ‘aku butuh pakaian, uang ataumakanan’ . Ketika beliau berkata ‘Pergilah!’ maka aku segera pergi. Aku memang ingin melakukan khalwat bersama syaikh Abdul Qadir Jailani.
Ketika sampai di kota , aku melihat seorang laki-laki yang sedang menatapku. Dia mengenalku. “Syaikh Nazim, anda mau kemana ? ““Ke Baghdad.” jawabku. Ternyata dia murid grandsyaikh. “ Saya juga mau kesana.” Kamipun berangkat dengan naik truk yang penuh dengan muatan barang untuk dikirim ke Baghdad.
Ketika memasuki masjid Syaikh Abdul Qadir Jailani, ada seorang laki-laki tinggi besar yang berdiri di pintu. Dia memanggilku,” Syaikh Nazim !”“Ya,” jawabku.“ Saya ditunjuk untuk melayani anda selama tinggal disini. Mari ikut saya.”
Sebenarnya aku terkejut akan hal ini, namun dalam thariqat segala hal telah diatur dalam Kehendak Ilahi. Aku mengikutinya sampai ke makam sang Ghawth. Aku mengucapkan salam pada kakek buyutku, Syaikh Abdul Qadir Jailani.Sambil menunjukkan kamarku, orang itu mengatakan, ‘‘Setiap hari aku akan memberimu semangkuk sup dan sepotong roti.’’Aku keluar dari kamar hanya untuk menunaikan shalat 5 waktu saja. Aku mencapai sebuah maqam dimana aku mampu khatam Al Qur’an dalam waktu 9 jam. Setiap harinya aku membaca Lha ilaha ill-Allah 124.000 kali dan shalawat 124.000 kali ditambah membaca seluruh Dalail al-khayrat, dan membaca 313.000 kali Allah, Allah, dan seluruh ibadah yang dibebankan padaku. ‘Penglihatan-penglihatan spiritual’ mulai bermunculan mengantarku dari satu maqam ke maqam lain sampai akhirnya aku menjadi fana’ dalam hadirat Allah.Suatu hari aku mendapat penglihatan bahwa syaikh Abdul Qadir Jailani memanggilku menuju makamnya. Kata beliau, ‘ Oh, cucuku, aku sedang menunggumu di makamku, datanglah !” Aku bergegas mandi, shalat 2 rekaat dan berjalan menuju makam beliau yang hanya beberapa langkah dari kamarku. Sesampai disana, aku mulai bermuraqaba. “ as-salam alayka ya jaddi’ ( semoga kedamaian tercurah padamu, kakekku ) “Segera aku melihat beliau keluar dari makam dan berdiri disampingku. Dibelakang beliau ada sebuah singgasana indah yang dihiasi batu-batu mulia. Kata beliau “ Mendekat dan duduklah bersamaku di singgasana itu.”Kami duduk layaknya seorang kakek dan cucunya. Beliau tersenyum dan mengatakan :“Aku bahagia denganmu, Nazim Effendi. Maqam syaikh kamu, Abdullah al-Faiz ad-Daghestani amat tinggi dalam thariqat Naqsybandi. Aku ini kakekmu. Sekarang aku turunkan padamu, langsung dariku, kekuatan yang dipegang oleh Ghawth. Aku bay’at kamu dalam thariqat Qadiriah sekarang.”Kemudian grandsyaikh nampak dihadapanku, Nabi (saw ) pun hadir, juga Shah Naqsyband. Syaikh Abdul Qadir Jailani berdiri memberi hormat pada Nabi beserta para syaikh yang hadir, akupun melakukannya. Kata beliau :‘ Ya Nabi, Ya Rasulullah, aku kakek dari cucuku ini. Aku bahagia dengan kemajuannya dalam thariqat Naqsybandi dan aku ingin menambahkan thariqat Naqsybandi pada maqamku. ‘Nabi tersenyum dan melihat pada Shah Naqsyband, selanjutnya Shah Naqsyband melihat pada Grandsyaikh Abdullah. Inilah adab pimpinan yang baik, karena Syaikh Abdullah yang masih hidup pada saat itu. Grandsyaikh menerima rahasia thariqat Naqsybandi yang diterima beliau dari Shah Naqsyband melalui silsilah Nabi, dari Abu Bakr as-Siddiq, agar ditambahkan pada maqam syaikh Abdul Qadir Jailani.Ketika syaikh Nazim merampungkan khalwatnya, dan akan segera meninggalkan makam kakeknya dan mengucapkan salam perpisahan. Syaikh Abdul Qadir Jailani muncul dan memperbarui bay’at syaikh Nazim dalam thariqat Qadiriah. Kata Kakeknya, “ Cucuku, aku akan memberimu kenang-kenangan karena telah berkunjung ke sini.” Beliau memeluk syaikh Nazim dan memberinya 10 buah koin yang merupakan mata uang di jaman beliau dulu hidup. Koin itu masih disimpan syaikh Nazim sampai hari ini.Sebelum pergi, syaikh Nazim memberi tanda kenangan jubah pada syaikh yang telah melayani beliau selama khalwat disana. “ Aku memakai jubah ini selama masa khalwat, sebagai alas tidurku, bahkan juga saat shalat dan dzikir. Simpanlah, Allah beserta Nabi akan memberkahimu.” Syaikh itu mengambil jubah, menciumnya dan memakainya. Syaikh Nazim meninggalkan Baghdad dan kembali ke Damaskus, Syria.Pada th. 1992, ketika syaikh Nazim mengunjungi Lahore, Pakistan, beliau berziarah ke makam syaikh Ali Hujwiri. Salah seorang syaikh dari thariqat Qadiriah mengundang beliau ke rumahnya. Syaikh Nazim menginap disana. Setelah shalat subuh, tuan rumah itu mengatakan‘Ya syaikh, aku memintamu menginap malam ini untuk menunjukkan padamu sebuah jubah berharga yang kami warisi selama 27 tahun yang lalu. Diwariskan dari seorang syaikh hebat dari thariqat Qadiriah dari Baqhdad sampai akhirnya berada di tangan kami. Semua syaikh kami menyimpan dan menjaganya karena dulunya ini jubah pribadi dari ‘Ghawth’ pada masa itu.Seorang syaikh Turki dari thariqat Naqsybandi berkhalwat di masjid-makam syaikh Abdul Qadir Jailani. Setelah selesai, beliau berikan jubah ini sebagai hadiah karena sudah melayaninya selama khalwat. Syaikh Qadiriah pemegang jubah ini mengatakan pada penerusnya ketika akan meninggal agar menjaganya, karena siapapun yang mengenakan jubah itu, segala penyakitnya akan sembuh. Setiap murid yang mengenakan jubah ini dalam perjalanannya menuju hadirat Ilahi akan mudah terangkat dalam tingkat kashf.’Beliau membuka almari dan memperlihatkan sebuah jubah yang disimpan di kotak kaca. Dia keluarkan jubah itu. Syaikh Nazim tersenyum melihatnya. Syaikh Qadiriah itu bertanya pada syaikh Nazim,” Apakah sebenarnya ini, syaikh ? “Syaikh Nazim menjawab : “ Hal ini membuat aku bahagia. Jubah ini aku berikan pada Syaikh thariqat Qadiriah saat aku selesai khalwat.”Ketika mendengar hal ini syaikh tersebut mencium tangan syaikh Nazim dan meminta bay’at di dalam thariqat Naqsybandi.Khalwat di MadinahSering kali syaikh Nazim diperintahkan melakukan khalwat dengan kurun waktu antara 40 hari sampai setahun. Tingkatan khalwatnya juga berbeda, mulai diisolasi dari kontak dunia luar, shalat, atau hanya diperkenankan adanya kontak saat melaksanakan dzikir atau pertemuan karena memberi kajian. Beliau sering melaksanakan khalwat di kota Nabi. Kata beliau :Tidak seorangpun diberi kehormatan melakukan khalwat bersama syaikh mereka. Aku mendapatkan kesempatan ini berada dalam satu ruangan dengan syaikh Abdullah di Madinah. Sebuah ruangan kuno dekat masjid suci Nabi Muhammad saw. Disana terdapat satu pintu dan satu buah jendela. Segera setelah kami memasuki ruangan itu, syaikh menutup jendela rapat-rapat dan beliau mengijinkan aku keluar hanya pada saat menunaikan shalat 5 waktu di Masjid Nabi.Beliau mengingatkan aku agar ‘mengawasi langkah / nazar bar qadam ’ ketika dalam perjalanan menuju tempat shalat. Dengan disiplin dan mengontrol penglihatan kita berarti memutuskan diri dari segala hal kecuali pada Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Besar beserta Nabi-Nya.Syaikh Abdullah tidak pernah tidur selama khalwat berlangsung. Selama satu tahun aku tidak pernah melihat beliau tidur dan menyentuh makanan. Hanya semangkuk sup dan sepotong roti disediakan untuk kami setiap harinya. Beliau selalu memberikan bagiannya kepadaku. Beliau hanya minum air dan tidak pernah meninggalkan ruangan itu.Malam demi malam, hari demi hari, grandsyaikh duduk membaca Qur’an hanya dengan penerangan lilin, berdzikir dan mengangkat tangannya dalam do’a. Kadang aku tidak mengerti apa yang beliau ucapkan karena beliau menggunakan bahasa surgawi. Aku hanya mampu memahaminya lewat ilham dan penglihatan yang datang pada hatiku.Aku tidak tahu kapan saatnya malam ataupun siang kecuali saat shalat. Grandsyaikh tidak pernah melihat sinar matahari selama setahun penuh, kecuali cahaya dari lilin. Dan aku melihat cahaya matahari hanya ketika pergi untuk shalat.Melalui khalwat tersebut, spiritualitasku meningkat ke tingkatan yang berbeda-beda. Suatu hari aku mendengar beliau mengatakan : ‘Ya Allah, beri daku kekuatan “Ghawth” / perantara / penolong, dari kekuatan yang Engkau berikan pada Nabi-Mu. untuk meminta ampunanMu bagi seluruh umat manusia saat kiamat nanti dan mengangkat mereka menuju Hadirat-Mu.’Ketika beliau mengatakan hal ini, aku mengalami ‘penglihatan’ keadaan disaat hari kiamat. Allah swt turun dari Arsh-Nya dan mengadili umat manusia.. Nabi berada di samping kanan-Nya. Grandsyaikh berada di sebelah kanan Nabi, dan aku berada di sebelah kanan grandsyaikh.Setelah Allah mengadili umat manusia, Dia memberi wewenang Nabi untuk menjadi perantara ampunan-Nya. Ketika Nabi selesai melakukannya, beliau meminta grandsyaikh untuk memberi barakahnya dan mengangkat mereka dengan kekuatan spiritual yang telah diberikan. Penglihatan itu berakhir dan aku mendengar grandsyaikh mengatakan, ‘ al-hamdulillah, al-hamdulillah, Nazim effendi, aku sudah mendapat jawabannya.’Suatu hari selesai shalat subuh grandsyaikh mengatakan, ‘ Nazim Effendi, lihat !’ Kemana harus kulihat, atas, bawah, kanan atau kiri ? Ternyata ada di bagian hati beliau. Sebuah penglihatan muncul. Aku melihat syaikh Abdul Khaliq al Ghujdawani muncul dengan tubuh fisiknya dan mengatakan padaku,’ Oh anakku, syaikh-mu memang unik. Tidak ada yang seperti dia sebelumnya. ‘ Kemudian kami diajak beliau di tempat lain di bumi ini.‘ Allah swt memintaku untuk pergi ke batu itu dan memukulnya’ sambil menunjuk sebuah batu. Ketika beliau memukulnya, sebuah semburan air memancar deras keluar dari batu itu. Kata beliau, ‘ Air itu akan terus memancar seperti ini sampai kiamat nanti, dan Allah swt mengatakan padaku bahwa pada setiap tetes air ini Dia ciptakan satu malaikat bercahaya yang akan selalu memuji-Nya sampai kiamat nanti.’Kata Allah : ‘ Oh hamba-Ku Abdul Khaliq al-Ghujdawani, tugasmu adalah memberi nama para malaikat ini dengan nama yang berbeda dan tidak boleh ada pengulangan. Hitung pula berapa kali pujian-pujian mereka, kemudian bagikan pada seluruh pengikut thariqat Naqsybandi. Itulah tanggung jawabmu.” Aku takjub akan beliau beserta tugas luar biasa yang diembannya.Penglihatan itu terus berlanjut serasa menghujaniku. Pada hari terakhir khalwat kami setelah shalat subuh aku mendengar suara-suara dari arah luar ruangan kami. Suara orang dewasa dan suara anak-anak menangis. Tangisan itu semakin menjadi-jadi dan berlangsung berjam-jam. Aku tidak tahu siapa yang menangis karena tidak diizinkan untuk melihatnya. Grandsyaikh bertanya, “ Nazim Effendi, tahukah kamu siapa yang sedang menangis ?”Walaupun aku tahu bahwa itu bukan tangisan manusia, namun aku menjawab,” Oh syaikh, engkaulah yang lebih mengetahuinya.”“Setan mengumumkan pada komunitasnya bahwa 2 manusia di bumi ini telah lolos dari kendalinya."Kemudian aku melihat setan dan bala tentaranya telah dirantai dengan rantai surgawi untuk mencegah mereka mendekati syaikh dan aku. Penglihatan itu berakhir. Grandsyaikh meletakkan tangannya di dadaku sambil mengata.kan, ” Alhamdulillah, Nabi bahagia akan aku dan kamu.”Lalu aku melihat Nabi Muhammad beserta 124.000 nabi-nabi lain, 124.000 sahabat-sahabatnya, 7007 awliya-awliya Naqsybandi, 313 awliya agung, 5 Qutb dan Ghawth. Semuanya memberi selamat kepadaku. Mereka mengalirkan dalam hatiku ilmu spiritual mereka. Aku mewarisi dari mereka rahasia-rahasia thariqat Naqsybandi dan 40 thariqat-thariqat lainnya.KARAMAH SYAIKH NAZIMPada th 1971, syaikh Nazim seperti biasa berada di Siprus selama 3 bulan; rajab, shaban, dan ramadhan. Suatu hari di bulan shaban, kami mendapat telpon dari bandara di Beirut. Ternyata dari syaikh Nazim yang meminta kami untuk menjemputnya. Kami terkejut karena tidak mengira beliau akan datang.“ Aku diminta Nabi untuk menemuimu hari ini karena ayahmu akan wafat. Aku yang akan memandikan jenazahnya, mengkafani dan menguburkannya lalu kembali ke Siprus. ““ Oh, syaikh. Ayah kami dalam keadaan sehat. Tidak ada sesuatu terjadi pada beliau.”“Itulah yang dikatakan padaku.” Jawab beliau dengan amat yakin. Kamipun menyerah saja karena apapun yang dikatakan syaikh kami harus menerimanya.Beliau meminta kami mengumpulkan seluruh keluarga untuk melihat ayah kami terakhir kalinya. Kami mempercayainya dan melaksanakannya walaupun ada yang terkejut dan ada yang tidak mempercayainya saat kami memanggilnya. Ada yang hadir dan ada yang tidak. Ayahku tidak mengetahui masalah ini, hanya melihat kunjungan keluarga sebagai hal yang biasa. Jam tujuh kurang seperempat. Kata syaikh Nazim,” Aku harus naik ke apartemen ayahmu untuk membaca surat Ya Sin tepat ketika beliau wafat.” Lalu beliau naik dari flat kami dibawah. Ayahku memberi salam pada syaikh Nazim lalu mengatakan,” Oh syaikh Nazim, sudah lama kami tak mendengar anda membaca qur’an. Maukah anda melakukannya untuk kami ?” Syaikh Nazimpun mulai membaca surat Ya Sin. Ketika beliau selesai membacanya, jarum jam menunjukkan tepat pukul tujuh. Persis ketika ayahku berteriak,” Jantungku, jantungku..!!” Kami merebahkan beliau, kedua saudaraku yang sama-sama dokter memriksa ayah. Jantungnya berdebar keras tak terkontrol dan dalam hitungan menit, beliau menghembuskan nafas terakhirnya.Semua orang melihat pada syaikh Nazim dengan takjub dan keheranan. “ Bagaimana beliau mengetahuinya ? wali macam apakah beliau ? bagaimana bisa dari Siprus, beliau datang hanya untuk hal ini ? rahasia seperti apakah yang ada di hatinya ? “Rahasia yang di simpan beliau adalah berkat sayang Allah swt pada beliau. Allah memberi wewenang akan kekuatan dan ramalan karena beliau memelihara keikhlasan, ketaatan, dan kesetiaan pada agama Allah. Beliau menjaga kewajiban dan ibadahnya. Beliau menghormati Al-Quran. Beliau sama dengan seluruh awliya naqsybandi sebelumnya, seperti halnya seluruh awliya thariqat lain dan para leluhurnya, syaikh Abdul Qadir Jailani dan Jalaluddin Rumi dan Muhyiddin Ibn Arabi yang menaati tradisi-tradisi Islam selama 1400 tahun. Dengan cinta Ilahi itu beliau akan dianugerahi pengetahuan Ilahiah, kebijaksanaan, spiritualitas dan segala hal. Beliau akan menjadi orang yang mengetahui akan masa lalu, saat ini dan masa depan.Kami merasa terperangkap diantara dua emosi. Satu, karena tangis kesedihan kami akan wafatnya ayah dan yang kedua kebahagiaan atas apa yang diperbuat oleh guru kami pada almarhum ayah. Kedatangan beliau demi ayah kami pada akhir hayatnya tidak akan pernah kami lupakan. Beliau memandikan jasad dengan tangan beliau yang suci. Setelah semua tugas dijalankan, beliau kembali lagi ke Siprus tanpa diundur.Suatu ketika syaikh Nazim mengunjungi Lebanon selama 2 bulan pada musim haji. Gubernur kota Tripoli, Lebanon yang bernama Ashar ad-Danya merupakan pemimpin resmi suatu kelompok haji. Beliau menawari syaikh Nazim untuk pergi bersama menunaikan ibadah haji. Kata syaikh,” Saya tidak bisa pergi dengan anda, tapi insya Allah, kita akan bertemu disana.”Gubernur tetap memaksa. “ Jika anda pergi, pergilah dengan saya. Jangan dengan orang lain.” Syaikh Nazim menjawab,” Saya tidak tahu apakah saya akan pergi atau tidak.”Ketika musim haji telah usai dan gubernur telah kembali, beliau segera menuju ke rumah syaikh Nazim. Dihadapan sekitar 100 orang, kami mendengar beliau mengatakan,” Oh syaikh Nazim, mengapa anda pergi dengan orang lain dan tidak bersama kami?” Kamipun menjawab,” Syaikh tidak pergi haji. Beliau bersama kami disini selama 2 bulan berkeliling Lebanon.”Gubernur berkata,” Tidak ! beliau pergi haji, kami punya saksi-saksi. Waktu itu saya sedang thawaf dan syaikh Nazim mendatangiku lalu mengatakan’ Oh Ashur, anda di sini?’ saya mengiyakan dan kami melakukan thawaf bersama-sama. Beliau menginap di hotel kami di Makkah. Dan menghabiskan siang hari bersama di tenda kami di Arafat. Beliau juga menginap bersama saya di Mina selama 3 hari. Lalu beliau mengatakan ‘Aku harus ke Madinah mengunjungi Nabi saw.’kemudian kami menatap syaikh Nazim yang menampakkan senyum khasnya dan seakan-akan mengatakan : “ Itulah kekuatan yang dianugerahkan Allah pada para awliya-Nya. Bila mereka berada di jalan-Nya, meraih cinta-Nya dan hadirat-Nya, Allah akan menganugerahi segala hal.’“ Oh syaikh-ku, karamah apa yang engkau tunjukkan pada kami adalah sangat luar biasa. Tidak pernah aku melihatnya selama hidupku. Aku ini seorang politikus. Aku percaya pada akal dan logika. Kini aku harus mengakui bahwa anda bukanlah orang biasa. Anda mempunyai kekuatan supranatural. Sesuatu yang Allah sendiri anugerahkan pada anda!”Gubernur itu mencium tangan syaikh Nazim dan meminta bay’at di dalam Thariqat Naqsybandi. Kapanpun syaikh Nazim mengunjungi Lebanon, gubernur dan perdana mentri Lebanon akan duduk dalam komunitas syaikh Nazim. Sampai saat ini, keluarga-keluarga beliau dan masyarakat Lebanon menjadi pengikut Syaikh Nazim

Syeikh Sariy Saqqathy r.a.

Syeikh As-Sariy As-Saqqathy r.a. bercerita:
Sekali peristiwa sedang aku berada di Baitul-Maqdis, ketika itu aku duduk di Sakhrah berdekatan dengan Masjid Al-Aqsha. Aku dalam keadaan sedih dan pilu sekali, kerana hari-hari untuk perlaksanaan haji ke Batullah hanya tinggal sepuluh hari saja lagi, jadi aku merasa kesal sekali kerana tidak dapat menunaikan ibadat Haji pada tahun itu
Aku berkata dalam hatiku:
"Alangkah buruknya nasib! Semua orang telah berangkat menuju ke Makkah untuk menunaikan haji, dan kini yang tinggal hanya beberapa hari saja, padahal aku masih berada di sini!"
Akupun menangis kerana ketinggalan amalan Haji tahun ini. Tidak beberapa lama sesudah itu, aku terdengar suatu suara ghaib menyambut tangisanku tadi. Katanya:
"Wahai Sariy Saqathy! Janganlah anda menangis, nanti Tuhan akan mengirimkan utusanNya untuk menghantarmu ke Baitullahil-Haram, Makkah di saat ini juga.!"
Aku bertanya dalam hatiku: Bagaimana ini boleh terjadi, sedang saat ini aku masih di sini, padahal perlaksanaan haji tinggal beberapa hari lagi? Apakah aku akan diterbangkan? atau bagaimana?
Suara itu kedengaran lagi:
engkau"Jangan ragu! Allah Maha Kuasa mampu mempermudah segala yang sukar bagaimanapun caranya."
Mendengar jawapan itu, aku langsung bersujud kepada Allah untuk bersyukur dengan airmata kegembiraan. Kemudian aku duduk dengan hati yang berdebar-debaran dan hatiku terus bertanya:
"Benarkah apa yang dikatakan oleh suara itu?!"
Tiba-tiba dari jauh tampak dengan jelas empat orang pemuda berjalan cepat-cepat menuju ke masjid, dan kelihatan wajah keempat-empat pemuda itu sangat bersinar. Seorang di antaranya lebih tampan dan berwibawa, mungkin dia itulah pemimpin rombongan ini. Mereka sholat masing-masing dua rakaat. Saya turun dari Sakhrah, lalu mendekati mereka, dalam hatiku berkata:
"Moga-moga mereka inilah orang-orang yang dijanjikan oleh Tuhan dalam suara ghaib tadi!"
Aku mendekati pula pemuda yang aku menganggapnya sebagai pemimpin rombongan ini agar aku dapat mendengar doa dan munajatnya. Aku dapatinya sedang menangis, kemudian dia berdiri, menyentuh hati sanubariku. Selesai bersholat dia lalu duduk dan datang pula ketiga-tiga pemuda yang lain pula yang duduk di sisinya.
Berkata Sariy Saqathy:Akupun mendekati mereka serta memberi salam kepada mereka.
"Waalaikumussalam," Jawab pemuda pemimpin itu,
"Wahai Sariy Saqathy, wahai orang yang mendengar suara ghaib pada hari ini. Bergembiralah, bahawa engkau tidak akan ketinggalan haji pada tahun ini."
Aku hampir-hampir jatuh pengsan, apabila mendengar berita itu. Aku terlalu gembira, dan tidak dapat kusifatkan betapa hatiku merasa senang sekali, sesudah tadinya aku bersedih dan menangis.
"Ya, memang saya dengar suara ghaib itu tadi," Jelas Sariy Saqathy.
"Kami," Kata pemuda itu, "Sebelum suara ghaib itu membsikkan suaranya kepada mu itu, kami sedang berada di negeri Khurasan dalam penujuan kami ke Negeri Baghdad. Kami cepat-cepat menyelesaikan keperluan kami di sana, dan terus berangkat ke arah Baitullahi-Haram. Tiba-tiba terfikir oleh kami ingin menziarahi makam-makam para Nabi di Shyam, kemudian barulah kami akan pergi ke Makkah yang dimuliakan oleh Allah tanahnya. Kini kami telah pun memenuhi hak-hak para Nabi itu dengan menziarahi makam-makam mereka, dan kami datang ke mari pula untuk menziarahi Baitul-Maqdis," Pemuda itu menjelaskan lagi.
"Tetapi, apa pula yang tuan-tuan melakukan ketika di Khurasan awal-awal itu,?" Tanya Sariy Saqathy.
"Kami mengadakan pertemuan dengan rakan kami, iaitu Ibrahim Bin Adham Ma' ruf Al-Karkhi. Dan saat ini mereka sedang menuju ke Makkah, melalui jalan padang pasir, dan kami pula singgah di Baitul Maqdis."
Hairanku memuncak kini, apakah benar apa yang mereka katakan itu? Mana Khurasan dan mana pula Sham? Jarak di antara kedua-duanya amat jauh sekali dan jika ditempuh berjalan kaki memakan masa setahun lamanya. Bagaimana mereka dapat menempuhnya dengan sekelip mata sahaja?!
"Moga-moga Allah merahmatimu," ujarku. "Perjalanan dari Khurasan dan Baitul Maqdis kerap kali ditempuh selama setahun? Bagaimana kamu dapat menempuhnya dalam masa yang singkat sekali?!" tambahku lagi.
"Wahai Sariy, jangan kau hairan!" Kata pemuda pemimpin itu. "Kalau perjalanannya itu sampai seribu tahun sekalipun, bukankah kita ini semua hamba-hamba Allah, dan bumi pun bumi Allah?! Kita pun pergi untuk menziarahi rumahNya, jadi Dialah yang menyampaikan kita ke sana dan kuasa dan kehendak ialah kuasa dan kehendakNya. Tidakkah engkau lihat betapa matahari beredar dari timur dan barat pada suatu hari sahaja, yakni siangnya. Cuba engkau fikirkan bagaimana matahari itu beredar? Apakah ia beredar dengan kuasanya sendiri, ataukah dengan kuasa Tuhan? Kalaulah matahari itu yang hanya jamad (benda yang tidak bernyawa), dan ia tidak ada hisab, (perhitungan) dan tidak ada iqab (siksa) ia boleh beredar dari timur ke barat dalam satu hari, jadi tidaklah mustahil bagi seorang hamba dari hamba-hamba Allah boleh memotong perjalanan dari Khurasan ke Baitul Maqdis dalam satu saat sahaja. Sesungguhnya Allah Ta'ala mempunyai kuasa mutlak dan kehendak untuk membuat sesuatu yang luar biasa kepasa siapa yang dicintaiNya atau yang dipilihNya, tiada suatu kuasa yang dapat menghalangi kuasa dan kehendakNya."
Dia berhenti semula kemudian menyambung lagi:
"Engkau wahai Sariy Saqathy!" Seru pemuda itu tadi, "Hendaklah engkau memuliakan dunia dan akhirat sekaligus?"
Dia menjawab:
"Siapa yang mahukan kekayaan tanpa harta, dan ilmu pengetahuan tanpa belajar serta kemuliaan tanpa kaum keluarga, maka hendaklah ia membersihkan jiwanya dari mencintai dunia sama sekali, jangan sekali-kali ia bergantung kepada dunia, dan jangan sampai hatinya mengingatinya sama sekali!"
"Tuan! demi Allah yang telah menggutamakanmu dengan Nur cahayaNya, dan Yang telah Membukakan bagimu darihal rahsia-rahsiaNya, sekarang engkau akan berangkat ke mana?!" tanya Sariy Saqathy.
"Kami akan berangkat untuk menunaikan haji, kemudian menziarahi maqam nabi alaihis-shalatu was-salam."
"Demi Allah, aku tidak akan berpisah denganmu lagi, kerana berpisah denganmu bererti berpisahnya roh dengan jasad," Aku merayu kepadanya.
"Kalau begitu, marilah kita berangkat bersama dengan menyebut Bismillah."
Dia mula bersia-siap dan berangkat jalan. Aku pun menurut di belakangnya. Sebentar saja kami berjalan, tiba-tiba sudah masuk waktu solat zohor.
"Wahai Sariy, sekarang sudah masuk waktu Zohor, engkau tidak bersolat Zohor?!" tanyanya.
"Ya, aku akan bersolat Zohor", kataku.
Aku pun segera mencari debu bersih untuk bertayammum. Tiba-tiba kata pemuda itu:
"Tak perlu tayammum. Di sini ada mata air tawar, mari ikut aku ke sana!"
Aku sebagai orang yang bodoh ikut ke jalan yang diarahkan. Di situ memang benar ada sebuah mata air tawar, rasanya lebih enak dan lebih manis dari rasa madu.
Aku pun berwudhuk dengan air itu serta meminumnya dengan sepuas-puasnya. Kemudian aku berkata kepadanya:
"Tuan! demi Allah, aku telah melalui jalan ini berkali-kali, tetapi tak pernah aku menemui mata air ini, ataupun air apa pun di tempat ini?!"
"Kalau begitu kita harus bersyukur kepada Allah atas kemurahanNya terhadap hamba-hambaNya."
Kamipun bersholat bersama-sama, kemudian berjalan lagi hingga dekat ke waktu Asar. Aku tidak percayakan diriku ketika aku lihat menara-menara tinggi Negeri Hijaz itu. Tidak beberapa lama sesudah itu, aku terlihat tembok-tembok Kota Makkah. "Oh, ini Makkah! bisik hatiku. Betulkah aku dalam keadaan sedar, ataupun mungkun ini hanya sebuah impian malam saja!!!
Tiba-tiba tercetus dari mulutku, "Eh kita sudah sampai ke Makkah?!" Aku terus menangis dan airmataku menjirusi seluruh pipiku.
"Wahai Sariy," Kata pemuda itu. "Engkau sudah sampai di Makkah. Sekarang engkau hendak berpisah denganku ataupun kau hendak masuk bersama-sama denganku?!" Tanya pemuda itu.
"Ya, saya akan masuk bersamamu," Jawabku.
Kami pun masuk Makkah itu menerusi pintu Nadwah. Di situ aku temui dua orang laki-laki sedang menunggu kami. Seorang agak sudah tua parasnya dan yang lain pula masih muda dan tegak lagi.
Apabila kedua orang laki-laki itu melihat pemuda tadi, mereka tersenyum dan serta merta mereka datang dan mendakapnya. Kemudian sebut mereka: Alhamdulillah alas-salaamah! (segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan kamu.)
"Tuan, siapa mereka ini" tanyaku.
"Ah," bunyi suaranya. "Yang tua ini ialah Ibrahin Bin AdHam dan pemuda ini ialah Ma'ruf Al-Karkhi."
Akupun bersalaman dengan mereka.
Kami sekelian duduk di dalam masjid itu hinggalah tiba waktu sholat Asar. Kemudian kita bersholat pula sholat Maghrib dan Isyak di Masjidil Haram itu.
Sesudah itu, maka masing-masing mereka mengambil tempat-tempat sendiri di dalam masjid itu bersholat bermacam-macam sholat. Aku juga turut bersholat sekadar kemampuanku sehinggalah tertidur dengan nyenyaknya. Apabila aku tersedar dari tidurku itu aku dapati mereka sudah tidak ada lagi di situ. Aku cuba mencarinya di merata Masjidil-Haram itu, tiada suatu ceruk pun melainkan sudah aku amat-amatinya, namun bayangnya pun tidak kudapati. Ke mana mereka telah pergi? aku merayau-rayau di situ selaku orang gila yang tidak tentu arahnya.
Kemudian aku pergi mencari mereka di merata tempat lain, di sekitar Masjidil-Haram, dan merata-rata kota Makkah, di Mina, dan di tempat-tempat lain lagi, namun aku tidak menemui walau seorang pun dari mereka.
Aku merasa sedih sekali, dan kadang-kadang aku menangis seorang diri, kerana telah terpisah dari mereka itu sekelian.

Guru Ijai sekumpul Martapura

(Photo dari Kanan : Tuan Guru Ijai Sekumpul dan mantan bupati sangatta Mahyuddin)


Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-Syekh Muhammad Zaini Abd. Ghani bin Al 'arif Billah Abd. Ghani bin H. Abd. Manaf bin Muh. Seman bin H. M, Sa'ad bin H. Abdullah bin 'Alimul 'allamah Mufti H. M. Khalid bin 'Alimul 'allamah Khalifah H. Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari bin Abdullah bin Abu Bakar bin Sultan Abdurrasyid Mindanao bin Sayid Abdullah Al Idrus Al Maghribi (Maroko – Afrika Utara) bin Abu Bakar Al Hindi bin Ahmad Ash Shalaibiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin Abdullah Al Idrus Al Akbar (datuk seluruh keluarga Al Idrus) bin Abu Bakar As Sakran bin Abdurrahman As Saqaf bin Muhammad Maula Dawilah bin Ali Maula Ad Dark bin Alwi Al Ghoyyur bin Muhammad Al Faqih Muqaddam bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula Shama'ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad Al Muhajir bin Imam Isa Ar Rumi bin Al Imam Muhammad An Naqib bin Al Imam Ali Uraidhy bin Al Imam Ja'far As Shadiq bin Al Imam Muhammad Al Baqir bin Al Imam Ali Zainal Abidin bin Al Imam Sayyidina Husein bin Al Imam Amirul Mu'minin Ali Karamallah wa Sayyidah Fatimah Az Zahra binti MUHAMMAD ROSULULLAH SOLALLAH ALAIHI' WASALAM.

dilahirkan pada, malam Rabu 27 Muharram, 1361 H (I I Februari 1942 M).Nama kecilnya adalah Qusyairi, sejak kecil beliau termasuk dari salah seorang yang "mahfuzh", yaitu suatu keadaan yang sangat jarang sekali terjadi, kecuali bagi orang orang yang sudah dipilih oleh Allah SWT.Beliau adalah salah seorang anak yang mempunyai sifat sifat dan pembawaan yang lain daripada yang lainnya, diantaranya adalah bahwa beliau tidak pernah ihtilam.'Alimul 'allamah Al Arif Billah Asy-Syekh H. Muhammad Zaini Abd Ghani sejak kecil selalu berada disamping kedua orang tua dan nenek beliau yang benama Salbiyah. Beliau dididik dengan penuh kasih sayang dan disiplin dalam pendidikan, sehingga dimasa kanak kanak beliau sudah mulai ditanamkan pendidikan Tauhid dan Akhlaq oleh ayah dan nenek beliau.


Beliau belajar membaca AI Quran dengan nenek beliau, dengan demikian guru pertama dalam bidang ilmu Tauhid dan Akhlaq adalah ayah dan nenek beliau sendiri.Meskipun kehidupan kedua orang tua beliau dalam keadaan ekonomi sangat lemah, namun mereka selalu memperhatikan untuk turut membantu dan meringankan beban guru yang mengajar anak mereka membaca Al Quran, sehingga setiap malamnya beliau selalu membawa bekal botol kecil yang berisi minyak tanah untuk diberikan kepada Guru yang mengajar AI Quran.Dalam usia kurang lebih 7 tahun beliau sudah mulai belajar di madrasah Darussalam Martapura.





Guru guru'Alimul'allamah Al 'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani :1. Ditingkat Ibtida adalah: Guru Abd Mu'az, Guru Sulaiman, Guru Muh. Zein, Guru H. Abd. Hamid Husin, Guru H. Mahalli, Guru H. Rafi'I, Guru Syahran, Guru H. Husin Dakhlan, Guru H. Salman Yusuf2. Ditingkat Tsanawiyah adalah: 'Alimul Fadhil H. Sya'rani'Arif, 'Alimul Fadhil H, Husin Qadri, 'Alimul Fadhil H. Salilm Ma'ruf, 'Alimul Fadhil H. Seman Mulya, 'Alimul Fadhil H. Salman Jalil.3. Guru dibidang Tajwid ialah: 'Alimul Fadhil H. Sya'rani 'Arif, 'Alimul Fadhil At Hafizh H. Nashrun Thahir, 'Al-Alim H. Aini Kandangan.4.


Guru Khusus adalah: 'Alimul'allamah H. Muhammad Syarwani Abdan, 'Alimul'allamah Asy Syekh As Sayyid Muh. Amin Kutby.Sanad sanad dalam berbagai bidang ilmu dan Thariqat diterima dari:Kyai Falak (Bogor), 'Alimul'allamah Asy Syekh Muh Yasin Padang (Mekkah). 'Alimul'allamah As Syekh Hasan Masysyath, 'Alimul'allamah Asy Syekh Isma'il Yamani dan 'Alimul'allamah Asy Syekh Abd. Qadir Al Baar.5. Guru pertama secara Ruhani ialah: 'Alimul 'allamah Ali Junaidi (Berau) bin 'Alimul Fadhil Qadhi H. Muhammad Amin bin 'Alimul 'allamah Mufti H. Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad, dan 'Alimul 'allamah H. Muhammad Syarwani Abdan.Kemudian 'Alimullailamah H. Muhammad Syarwani Abdan menyerahkan kepada Kiayi Falak dan seterusnya Kiayi Falak menyerahkan kepada 'Alimul'allamah Asy Syekh As Sayyid Muh. Amin Kutby, kemudian beliau menyerahkan kepada Syekh Muhammad Arsyad yang selanjutnya langsung dipimpin oleh Rasulullah saw.Atas petunjuk 'Alimul'allamah Ali Junaidi, beliau dianjurkan untuk belajar kepada 'Alimul Fadhil H. Muhammad (Gadung) bin 'Alimul Fadhil H. Salman Farlisi bin 'Allimul'allamah Qadhi H. Mahmud bin Asiah binti Syekh Muhammad Arsyad, mengenal masalah Nur Muhammad; maka dengan demikian diantara guru beliau tentang Nur Muhammad antara lain adalah 'Alimul Fadhil H. M. Muhammad tersebut diatas.Dalam usia kurang lebih 10 tahun, sudah mendapat khususiat dan anugerah dari Tuhan berupa Kasyaf Hissi yaitu melihat dan mendengar apa apa yang ada didalam atau yang terdinding.Dan dalam usia itu pula beliau didatangi oleh seseorang bekas pemberontak yang sangat ditakuti masyarakat akan kejahatan dan kekejamannya. Kedatangan orang tersebut tentunya sangat mengejutkan keluarga di rumah beliau.

Namun apa yang terjadi, laki-laki tersebut ternyata ketika melihat beliau langsung sungkem dan minta ampun serta memohon minta dikontrol atau diperiksakan ilmunya yang selama itu ia amalkan, jika salah atau sesat minta dibetulkan dan diapun minta agar supaya ditobatkan.Mendengar hal yang demikian beliau lalu masuk serta memberitahukan masalah orang tersebut kepada ayah dan keluarga, di dalam rumah, sepeninggal beliau masuk kedalam ternyata tamu tersebut tertidur.Setelah dia terjaga dari tidurnya maka diapun lalu diberi makan dan sementara tamu itu makan, beliau menemui ayah beliau dan menerangkan maksud dan tujuan kedatangan tamu tersebut. Maka kata ayah beliau tanyakan kepadanya apa saja ilmu yang dikajinya. Setelah selesai makan lalu beliau menanyakan kepada tamu tersebut sebagaimana yang dimaksud oleh ayah beliau dan jawabannva langsung beliau sampaikan kepada ayah beliau. Kemudian kata ayah beliau tanyakan apa lagi, maka jawabannyapun disampaikan beliau pula. Dan kata ayah beliau apa lagi, maka setelah berulamg kali di tanyakan apa lagi ilmu yang ia miiki maka pada akhirnya ketika beliau hendak menyampaikan kepada tamu tersebut, maka tamu tersebut tatkala melihat beliau mendekat kepadanya langsung gemetar badannya dan menangis seraya minta tolong ditobatkan dengan harapan Tuhan mengampuni dosa dosanya.Pernah rumput rumputan memberi salam kepada beliau dan menyebutkan manfaatnya untuk pengobatan dan segalanya, begitu pula batu-batuan dan besi. Namun kesemuanya itu tidaklah beliau perhatikan dan hal hal yang demikian itu beliau anggap hanya merupakan ujian dan cobaan semata dari Allah SWT.Dalam usia 14 tahun, atau tepatnya masih duduk di Kelas Satu Tsanawiyah, beliau telah dibukakan oleh Allah swt atau futuh, tatkala membaca Tafsir: Wakanallahu syamiiul bashiir.'Alimul'allamah Al-'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, yang sejak kecilnya hidup ditengah keluarga yang shalih, maka sifat sifat sabar, ridha, kitmanul mashaib, kasih sayang, pemurah dan tidak pemarah sudah tertanam dan tumbuh subur dijiwa beliau; sehingga apapun yang terjadi terhadap diri beliau tidak pernah mengeluh dan mengadu kepada orang tua, sekalipun beliau pernah dipukuli oleh orang-orang yang hasud dan dengki kepadanya.Beliau adalah seorang yang sangat mencintai para ulama dan orang orang yang shalih, hal ini tampak ketika beliau masih kecil, beliau selalu menunggu tempat tempat yang biasanya 'Alimul Fadhil H. Zainal Ilmi lewati pada hari-hari tertentu ketika hendak pergi ke Banjarmasin semata mata hanya untuk bersalaman dan mencium tangan tuan Guru H. Zainal Ilmi.Dimasa remaja 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-Syekh H. M Zaini Abd Ghani pernah bertemu dengan Saiyidina Hasan dan Saiyidina Husin yang keduanva masing-masing membawakan pakaian dan memasangkan kepada beliau lengkap dengan sorban dari lainnya. Dan beliau ketika itu diberi nama oleh keduanya dengan nama Zainal 'Abidin.Setelah dewasa. maka tampaklah kebesaran dan keutamaan beliau dalam berbagai hal dan banyak pula orang yang belajar. Para Habaib yang tua tua, para ulama dan guru-guru yang pernah mengajari beliau, karena mereka mengetahui keadaan beliau yang sebenarnya dan sangat sayang serta hormat kepada beliau.'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani adalah seorang ulama yang menghimpun antara wasiat, thariqat dari haqiqat, dan beliau seorang yang Hafazh AI Quran beserta hafazh Tafsirnya, yaitu Tafsir Al Quran Al 'Azhim Lil-Imamain Al Jalalain. Beliau seorang ulama yang masih termasuk keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang menghidupkan kembali ilmu dan amalan-amalan serta Thariqat yang diamalkan oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Karena itu majelis pengajian beliau, baik majelis tali'm maupun majelis 'amaliyahnya adalah seperti majelis Syekh Abd. Kadir al-Jilani.Sifat lemah lembut, kasih sayang, ramah tamah, sabar dan pemurah sangatlah tampak pada diri beliau, sehingga beliau dikasihi dan disayangi oleh segenap lapisan masyarakat, sababat dan anak murid.Kalau ada orang yang tidak senang melihat akan keadaan beliau dan menyerang dengan berbagai kritikan dan hasutan maka beliaupun tidak peniah membalasnya. Beliau hanya diam dan tidak ada reaksi apapun, karena beliau anggap mereka itu belum mengerti, bahkan tidak mengetahuu serta tidak mau bertanya.Tamu tamu yang datang kerumah beliau, pada umumnya selalu beliau berikan jamuan makan, apalagi pada hari-hari pengajian, seluruh murid murid yang mengikuti pengajian yang tidak kurang dari 3000 an, kesemuanya diberikan jamuan makan. Sedangkan pada hari hari lainnya diberikan jamuan minuman dan roti.Beliau adalah orang yang mempunyai prinsip dalam berjihad yang benar benar mencerminkan apa apa yang terkandung dalam Al Quran, misalnya beliau akan menghadiri suatu majelis yang sifatnya da'wah Islamivah, atau membesarkan dan memuliakan syi'ar agama Islam. Sebelum beliau pergi ketempat tersebut lebih dulu beliau turut menyumbangkan harta beliau untuk pelaksanaannya, kemudian baru beliau dating. Jadi benar benar beliau berjihad dengan harta lebih dahulu, kemudian dengan anggota badan. Dengan demikian beliau benar benar meamalkan kandungan Al Quran yang berbunyi: Wajaahiduu bi'amwaaliku waanfusikum fii syabilillah.'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy-Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani, adalah satu satunya Ulama di Kalimantan, bahkan di Indonesia yang mendapat izin untuk mengijazahkan (baiat) Thariqat Sammaniyah, karena itu banyaklah yang datang kepada beliau untuk mengambil bai'at thariqat tersebut, bukan saja dari Kalimantan, bahkan dari pulau Jawa dan daerah lainnya.'Alimul'allamah Al 'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani dalam mengajar dan membimbing umat baik laki-laki maupun perempuan tidak mengenal lelah dan sakit. Meskipun dalam keadaan kurang sehat beliau masih tetap mengajar.Dalam membina kesehatan para peserta pengajian dalam waktu waktu tertentu beliau datangkan doktcr dokter spesialis untuk memberiikan penyuluhan kesehatan sebelum pengajian dimulai. Seperti dokter spesialls jantung, paru paru, THT, mata, ginjal, penyakit dalam, serta dokter ahli penyakit menular dan lainnya. Dengan demikian beliau sangatlah memperhatikan kesehatan para peserta pengajian dari kesehatan lingkungan tempat pengajian.Karomah- KaromahnyaKetika beliau masih tinggal di Kampung Keraton, biasanya setelah selesai pembacaan maulid, beliau duduk-duduk dengan beberapa orang yang masih belum pulang sambil bercerita tentang orang orang tua dulu yang isi cerita itu untuk dapat diambil pelajaran dalam meningkatkan amaliyah.Tiba tiba beliau bercerita tentang buah rambutan, pada waktu itu masih belum musimnya; dengan tidak disadari dan diketaui oleh yang hadir beliau mengacungkan tangannya kebelakang dan ternyata ditangan beliau terdapat sebuah buah rambutan yang masak, maka heranlah semua yang hadir melihat kejadian akan hal tersebut. Dan rambutan itupun langsung beliau makan.Ketika beliau sedang menghadiri selamatan dan disuguh jamuan oleh shahibulbait maka tampak ketika, itu makanan, tersebut hampir habis beliau makan, namun setelah piring tempat makanan itu diterima kembali oleh yang melayani beliau, ternyata, makanan yang tampak habis itu masih banyak bersisa dan seakan akan tidak dimakan oleh beliauPada suatu musim kemarau yang panjang, dimana hujan sudah lama tidak turun sehingga sumur sumur sudah hampir mengering, maka cemaslah masyarakat ketika itu dan mengharap agar hujan bisa secara turun.Melihat hal yang demikian banyak orang yang datang kepada beliau mohon minta doa beliau agar hujan segera turun, kemudian beliau lalu keluar rumah dan menuju pohon pisang yang masih berada didekat rumah beliau itu, maka beliau goyang goyangkan lah pohon pisang tersebut dan ternyata tidak lama kemudian, hujanpun turun dengan derasnya.Ketika pelaksanaan Haul Syekh Muhammad Arsyad yang ke 189 di Dalam pagar Martapuram, kebetulan pada masa itu sedang musim hujan sehingga membanjiri jalanan yang akan dilalui oleh 'Alimul 'allamah Al 'Arif Billah Asy Syeikh H. M. Zaini Abd. Ghani menuju ketempat pelaksanaan haul tersebut, hal ini sempat mencemaskan panitia pelaksanaan haul tersebut, dan tidak disangka sejak pagi harinya jalanan yang akan dilalui oleh beliau yang masih digenangi air sudah kering, sehingga dengan mudahnya beliau dan rombongan melewati jalanan tersebut; dan setelah keesokan harinya jalanan itupun kembali digenangi air sampai beberapa hari.Banyak orang orang yang menderita sakit seperti sakit ginjal, usus yang membusuk, anak yang tertelan peniti, orang yang sedang hamil dan bayinya jungkir serta meninggal dalam kandungan ibunya, sernuanya ini menurut keterangan dokter harus dioperasi. Namun keluarga mereka pergi minta do'a dan pertolongan. 'Allimul'allamah 'Arif Billah Asy Syekh H. M. Zaini Abd. Ghani. Dengan air yang beliau berikan kesemuanya dapat tertolong dan sembuh tanpa dioperasi.Demlklanlah diantara karamah dan kekuasaan Tuhan yang ditunjukkan kepada diri seorang hamba yang dikasihiNya. ***(Abu Daudi)



Karya tulis beliau adalah :- Risalah Mubarakah.- Manaqib Asy-Syekh As-Sayyid Muharnmad bin Abd. Karim Al-Qadiri Al Hasani As Samman Al Madani.- Ar Risalatun Nuraniyah fi Syarhit Tawassulatis Sammaniyah.- Nubdzatun fi Manaqibil Imamil Masyhur bil Ustadzil a'zham Muhammad bin Ali Ba-'Alwy.


Wasiat Tuan Guru K.H. M. Zaini Abdul Ghoni

1. Menghormati ulama dan orang tua,

2. Baik sangka terhadap muslimin,

3. Murah hati,

4. Murah harta,

5. Manis muka,

6. Jangan menyakiti orang lain,

7. Mengampunkan kesalahan orang lain,

8. Jangan bermusuh-musuhan,

9. Jangan tamak / serakah,

10. Berpegang kepada Allah, pada Qobul segala hajat,

11. Yakin keselamatan itu pada kebenaran,

Jumat, 19 September 2008

President Republik Indonesia pertama

Soekarno adalah seorang Wali Allah SWT.
Beliau mempunyai nama Islam yang dirahasiakan.
Beliau Keturunan Bangsa Amuntai - Kalimantan Selatan.
Bapak beliau orang asli Amuntai (Suku Banjar)
Ibu beliau orang asli Bali (seorang Muallaf)

Kebenaran Tentang Bay'at

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Audhu billâh min ash-shaytân ir-rajîm Bismillâh ir-rahmân ir-rahîm Nawaytul arbâ`în, nawaytul `itikâf, nawaytul khalwat, nawaytul riyâda, nawaytus salûk, nawaytul `uzla fî hâdha al-masjid."`Ati-Allâha wa ati`ur-Rasûla wa ulil-amri minkum" – "Hai orang beriman! Ta’ati Allâh, dan ta’ati Rasul, dan mereka yang diberi kewenangan di antara kamu." [ QS 4:59]. Dan ta’at kepada Nabi Muhammad (s.a.w.) adalah ta’at kepada Allâh swt. Dia bersabda : man yut`i ar-rasûl faqad ata` Allâh. "Dia yang ta’at kepada Rasul, ta’at kepada Allâh" [QS 4:80]. ay wada` ar-rasûl mumathilan `anhu. yumathil rabbil `alamîn. Dia bersabda “Barangsiapa ta’at kepada Nabi sungguh ta’at kepada Allâh. Itu artinya Dia menaruh Nabi (s.a.w.) mewakili Diri Nya di Tempat Nya. Itu berarti bahwa tiada jalan untuk mendapat keta’atan kepada Allâh tanpa keta’atan kepada Nabi (s.a.w.). Itu artinya bahwa tiada pintu kepada Allâh tanpa pintu kepada Nabi (s.a.w.). Itu artinya tiada jalan untuk memasuki Surga tanpa Nabi (s.a.w.). Itu artinya bahwa tiada jalan menjadi Muslim tanpa mengatakan Muhammadu Rasûlullâh. Meskipun sekiranya engkau mengatakan lâ ilâha ill-Allâh jutaan kali, tiada jalan menjadi Muslim tanpa menyebut Muhammadun Rasûlullâh. Maka Kebesaran apakah yang Dia berikan kepada Nabi Muhammad (s.a.w.). Busana apa yang Dia pakaikan kepada Nabi dari asma ‘ul-husna Allâh, tak seorang pun yang tahu. Jika seorang raja memiliki seorang putera, yang juga seorang putera mahkota, apa yang diperbuatnya untuk anaknya itu ? Jika sang raja mau pergi ke tempat lain, anaknya itu yang mewakilinya (menjalankan tugas sehari-hari ?). Dan sang raja tidak akan bahagia jika anaknya hanya berpakaian yang biasa-biasa saja, tetapi dia akan mendadani-nya dengan busana yang diberi dekorasi (tanda kebesaran) dan dengan berbagai medali di dadanya untuk membuatnya nampak sangat berbeda (anggun). Sehingga ketika Sang Putera Mahkota menampakkan dirinya (ke publik), wow, semua orang merasakan hormat dan kemuliaan kepada Sang Puter Mahkota.Ini adalah (yang dilakukan) raja bagi anaknya, seorang manusia. Apapun yang diberikan raja kepada anaknya, suatu hari akan berakhir. Apakah ayahnya itu akan meninggal atau anaknya yang mungkin meninggal dan semua itu menjadi hilang. Tetapi apa yang Allâh Al Hayyu, berikan kepada Nabi (s.a.w.) tidak akan mati (hilang ?). Apa yang Allâh swt berikan kepada Sayyidina Muhammad (s.a.w.) adalah tetap hidup (abadi). Dia bersabda, inna alladhîna yubây`ûnaka innamâ yuba`yûnallâh – "Lo! Mereka yang berba’iyat kepadamu (Muhammad), berba’iyat kepada Allah. Tangan Allah berada di atas tangan mereka." [QS 48:10].Qâla man yubâ'yaaka Yâ Muhammad, faqad bayâ`nî. Dia bersabda, "Barangsiapa memberimu ba’iyat ya Muhammad, (berarti) membuat ba’iyat kepada Ku." Itu artinya ketika para Sahabat membuat ba’iyat kepada Nabi Muhammad (s.a.w.), berarti Nabi (s.a.w.) hilang ke dalam Hadirat Ilahi. Hanya Allâh yang berada di situ. Indamâ qâla inna alladhîna yubâ`ûnaka. [Ketika Dia berkata, "Barangsiapa memberimu ba’iyat…"] Dia membuat sebuah konfirmasi tentang sesuatu. Itu adalah sebuah konfirmasi yang berarti itu harus ditunjukkan kepada orang itu. Jika mereka membuat suatu konfirmasi, mereka harus menunjukkan suatu bukti nyata (jelas, lengkap) : seperti ketika mereka membuat percobaan di laboratorium sains. Mereka harus membuat bukti lengkap apa yang telah dilakukan Allâh. fa Hûa yaqûl, inna alladhîna yubâ`ûnaka... melihat dengan bukti, bukan hanya dari kata-kata, tetapi dengan melihat haqîqat, kebenaran. Mereka yang memberimu ba’iyat mereka memberikannya kepada Allâh. Itu artinya pada saat itu, ketika para Sahabat meletakkan tangan mereka bersama Nabi (s.a.w.), mereka berada dalam Hadirat Ilahi, dia membawa mereka kepada Hadirat Ilahi, al-hadarat al-ilahiyya. Mereka berada di sana.Para Sahabat tidak lagi melihat apa-apa, tetapi mereka berada dalam al- hadarat al-ilahiyya, mereka berada dalam hadirat Ilahi Allâh. Di dunia, jika kamu berada dihadapan seorang raja, engkau tidak lagi melihat dirimu. Wow, kamu bilang, ini adalah raja. Di Indonesia, ada seorang raja pada suatu waktu. Dua ratus juta manusia dibawah raja itu. Apa kamu ini jika dibandingkan dengan 200 juta itu ? Bukan apa-apa. Lalu apa yang kamu pikir ketika kamu berada di dalam Hadirat Raja Di Raja yang Hidup Abadi, yang menciptakan para raja ? Dia yang menciptakan mereka dan membuat mereka memerlukan makan dan minum. Itu artinya mereka juga memerlukan pergi ke kamar kecil. Dengan itu semua Dia membuat para Sahabat sampai di Hadirat Ilahi. Ketika mereka sampai di sana langsung mereka mencapai maqam al-fana'. Fanâ'un fillâh fana'un fir-rasûl, salla-Allâhu alayhi wa sallam. Mereka tidak lagi melihat diri mereka, mereka hanya melihat Allâh swt melalui mata Nabi (s.a.w.). Itulah mengapa ketaatan mereka kepada Nabi (s.a.w.) adalah 100%. Mereka patuh kepada Nabi (s.a.w.) 100%. Ketika mereka meletakkan tangan mereka dengan Nabi (s.a.w.) untuk ba’iyat, segera setelah tangan mereka menyentuh tubuh sucinya, para Sahabat (serta merta) beradar dalam Hadirat Ilahi. Untuk alasan ini, bila kita memberi ba’iyat kepada seorang wali, serta merta ketika kita menyentuh tasngannya, dia meletakkan kita di Hadirat Nabi (s.a.w.). Itulah sebabnya ketika kita memberi ba’iyat kita katakan Allâhu Allâhu Allâhu Haqq. Walî itu meletakkan kamu di hadirat Nabi (s.a.w.) dan Nabi (s.a.w.) meletakkan kamu di Hadirat Allah, meletakkan kamu di Hadirat Ilahi untuk membakar habis kamu, untuk membakar habis ego mu, sehingga kamu tidak lagi memiliki keinginan kecuali yang diinginkan Allâh atas dirimu.Ketika kita membaca Sûrat al-Ikhlâs, kita katakan qul Hû Allâhu âhad. [katakan :] qul ya Muhammad. Hû al-ghayb ul-mutlaq alladhee lâ yurâ. Hû. Katakan Hû yang tak dapat dilihat, Dia yang tak dapat dikenali, Dia yang tak dapat dimengerti: yaitu Allâh. Dia yang tak dapat dimengerti, Dia yang tak dapat dilkenali, Dia yang tak dapat dilihat. Yang Satu itu adalah Allâh. Jadi ketika kita mengatakan Allâhû, kita mengatakan itu dalam cara yang bertentangan (berlawanan), kita katakan Allâh Hû. Dalam Sûrat al- Ikhlâs kita katakan Hû Allâh. Yang Satu yang tak dapat dilihat adalah Allâh. Kita tahu Allâh tetapi kita tidak tahu Hû. Allâh tahu Hû. Itulah sebabnya Dia meletakkan Hû pada awalnya (dalam Surat Al Ikhlash). Dia meletakkan Hû didepan Allâh. Hû mewakili Dhâtullâh, Sang Inti. Allâh mewakili asma. Disitu ada Sang Pencipta yang tidak diketahui siapapun, satu yang disebut oleh Allâh sebagai Hû. Ketika kita melakukan ba’iyat, (kepada) Satu yang kita tahu dengan nama Allâh adalah Hû. Begitulah kiranya mereka menelusuri jejak kembali, mereka membawa kita kembali, awliyâ-ullâh kepada Hadirat Ilahi, Hû.Jadi ketika kita mengatakan Allâh Hû mereka membawamu kepada Hadirat Ilahi. Dan ketika kamu megatakan Haqq, itu artinya kamu meng-konfirmasi bahwa sesungguhnya ruh kamu dapat melihat, namun diri kamu tidak dapat melihatnya. Dan apa yang kamu lihat hanyalah Busana (attributes) Allâh swt, Dia mendadani kamu, tanpa mengetahui Sang Inti, tidak satupun dapat mengetahui Sang Pencipta. Dan itu semua dilakukan, melalui Inna-Allâhdeena yuba`yunaka innama yuba`yunAllâh. Janganlah berpikir terdapat jalan untuk mencapai Allâh swt tanpa (melalui) Nabi (s.a.w.). Dia adalah khaliphatullâh fil ard. Bukan hanya di dunia ini saja, tetapi di seluruh penjuru alam semesta ini. Apapun yang diciptakan Allâh, Muhammadu Rasûlullâh adalah khalipha. Dia adalah wakil Allâh untuk semua ciptaan. Itulah mengapa dia (s.a.w.) mengatakan, "Âdam wa man dûnahu taht liwayî yawma al-qiyâma" – "mereka berada di bawah panji-panji (bendera) saya : mereka harus mendatangiku untuk membawa mereka ke Surga." Dia mengatakan, Anâ sayyida waladi âdama wa lâ fakhr. - "Saya adalah majikan bani Adam dan saya tidaklah berbangga." Apa pula ini, "Anâ sayyida waladi âdama?" Dan Allâh bersabda, Wa laqad karamnâ banî âdam. – "Kami memuliakan bani Adam" [QS 17:70].Dan Allâh bersabda, Alam taraw ann Allâha sakhara lakum mâ fis-samâwâti wa mâ fil-ard. - "Tidakkah engkau lihat bahwa Allah telah menaklukkan kepadamu segala sesuatu di langit dan di bumi …?" [QS 31:20] Itu berarti bagi bani Adam, segala sesuatu di langit dan di bumi adalah di bawah mereka. Maka itu berarti, karena dia adalah majikan bani Adam, dan semua berada di bawah mereka ini (bani Adam), maka itu berarti bahwa tidak ada satupun dapat berada di atas Nabi (s.a.w.)Ada malaikat yang berada di bawah perintah Nabi (s.a.w.). Ketika engkau mengambil ba’iyat dari seorang murshid, murshid haqîqî, murshid sungguh, para malaikat tadi menjadi saksi dan mereka membuat awrâd (dzikir) untuk kepentingan kamu sampai dengan Hari Pengadilan. Ketika engkau memutuskan untuk mengambil ba’iyat dari murshid sejati itu, dan tidak dari seorang yang pura-pura menjadi murshid dan bukan pula seorang yang dianggap orang sebagai murshid. Murshid sejati ini jarang, di dunia ini hanya terdapat 124,000 awliyâ-ullâh, hanya itu saja. Jika engka menemui seorang murshid haqiqi, ketika engkau memutuskan untuk mengambil ba’iyat darinya, pada saat itu, para malaikat (sejumlah yang bilangannya tidak dapat kamu bayangkan) itu dianugerahkan kepadamu untuk melayanimu. Bagaimana caranya melayani kamu? Apakah engkau berpikir ketika engkau menerima ba’iyat, engkau datang dengan baju kotor seperti itu dan tubuh kotor dan hati kotor, dalam Hadirat Nabi (s.a.w.) ?Serta merta para malaikat itu akan merubah penampilan mu sepenuhnya seperti pada saat (kamu ditanya di alam ruh) "Alastu bi-rabbikum" dalam menerima ba’iyat dengan Shaykh dan Shaykh membawamu kehadirat Nabi (s.a.w.) dan Nabi (s.a.w.) membawamu ke dalam Hadirat Allâh swt. Jika engkau (hendak) menemui orang, engkau akan mandi sehingga tidak bau. Apakah kamu berpikir ketika orang-orang berdatangan dengan berlari untuk mengambil ba’iyat, dengan tubuh yang tidak dibersihkan dan baju kotor adalah cara yang benar untuk mengambil ba’iyat? Tidak. Haa. Segera setelah engkau mengucapkan "saya mau di- ba’iyat" bahkan dalam baju kotor dan hati kotor, segera setelah kamu datang kesitu, para malaikat itu, dengan sentuhan mereka, mereka menyiram (semprot) kamu dengan busana dan dandanan cantik ini dan pada saat itu kamu kelihhatan seperti seorang yang lain, seperti manusia berpenampilan malaikat yang memakai baju surgawi; duduk bersama murshid itu. Murshid itu juga merubah penampilannya, kepada gambaran spiritualnya, sebagaimana dia terlihat di hadapan para awliyâ dan Nabi (s.a.w.), dan membawa kamu bersama segenap para malaikat tadi dalam busana yang telah mereka berikan kepadamu, sebagaimana dikatakan dalam hadits, "mâ jalasa qawman yadhkurûnallâh illa hafathum al-mala'ika wa gashîyahum ar-rahmat wa dhakarahumullâha fî man `indah." – "Tiada akan sekelompok orang yang duduk, yang meengingat dan menyebut Allâh, kecuali para malaikat akan mengelilingi mereka, dan mereka akan diselimuti rahmat dan Allâh akan mengingat mereka diantara mereka yang berada dalam Hadirat Nya."Ba’iyat seperti itu merubah kamu. Sehingga kamu menjadi seorang manusia tetapi memiliki kuasa malaikati surgawi – jadi ketika engkau berbaju kuasa malaikati ini, ketika engkau memasuki Hadirat Ilahi engkau tidak pingsan, engkau tidak menghilang. Karena engkau menjadi sebuah cahaya, dan sebuah sumber cahaya. Apa yang berada dalam hati awliyâ, kami tidak dapat mengatakan semuanya. Mereka tidak mengijinkan kamu mengatakan semuanya, bila tidak engkau akan tenggelam. Namun ada sebuah berita gembira bagi kita semua, bahwa dengan baraka guru murshid kita Shaykh Muhammad Nazim al-Haqqani, kita berada dalam kategori (golongan) itu. Aminn, Fatihah