Jumat, 19 September 2008

Kebenaran Tentang Bay'at

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani
Audhu billâh min ash-shaytân ir-rajîm Bismillâh ir-rahmân ir-rahîm Nawaytul arbâ`în, nawaytul `itikâf, nawaytul khalwat, nawaytul riyâda, nawaytus salûk, nawaytul `uzla fî hâdha al-masjid."`Ati-Allâha wa ati`ur-Rasûla wa ulil-amri minkum" – "Hai orang beriman! Ta’ati Allâh, dan ta’ati Rasul, dan mereka yang diberi kewenangan di antara kamu." [ QS 4:59]. Dan ta’at kepada Nabi Muhammad (s.a.w.) adalah ta’at kepada Allâh swt. Dia bersabda : man yut`i ar-rasûl faqad ata` Allâh. "Dia yang ta’at kepada Rasul, ta’at kepada Allâh" [QS 4:80]. ay wada` ar-rasûl mumathilan `anhu. yumathil rabbil `alamîn. Dia bersabda “Barangsiapa ta’at kepada Nabi sungguh ta’at kepada Allâh. Itu artinya Dia menaruh Nabi (s.a.w.) mewakili Diri Nya di Tempat Nya. Itu berarti bahwa tiada jalan untuk mendapat keta’atan kepada Allâh tanpa keta’atan kepada Nabi (s.a.w.). Itu artinya bahwa tiada pintu kepada Allâh tanpa pintu kepada Nabi (s.a.w.). Itu artinya tiada jalan untuk memasuki Surga tanpa Nabi (s.a.w.). Itu artinya bahwa tiada jalan menjadi Muslim tanpa mengatakan Muhammadu Rasûlullâh. Meskipun sekiranya engkau mengatakan lâ ilâha ill-Allâh jutaan kali, tiada jalan menjadi Muslim tanpa menyebut Muhammadun Rasûlullâh. Maka Kebesaran apakah yang Dia berikan kepada Nabi Muhammad (s.a.w.). Busana apa yang Dia pakaikan kepada Nabi dari asma ‘ul-husna Allâh, tak seorang pun yang tahu. Jika seorang raja memiliki seorang putera, yang juga seorang putera mahkota, apa yang diperbuatnya untuk anaknya itu ? Jika sang raja mau pergi ke tempat lain, anaknya itu yang mewakilinya (menjalankan tugas sehari-hari ?). Dan sang raja tidak akan bahagia jika anaknya hanya berpakaian yang biasa-biasa saja, tetapi dia akan mendadani-nya dengan busana yang diberi dekorasi (tanda kebesaran) dan dengan berbagai medali di dadanya untuk membuatnya nampak sangat berbeda (anggun). Sehingga ketika Sang Putera Mahkota menampakkan dirinya (ke publik), wow, semua orang merasakan hormat dan kemuliaan kepada Sang Puter Mahkota.Ini adalah (yang dilakukan) raja bagi anaknya, seorang manusia. Apapun yang diberikan raja kepada anaknya, suatu hari akan berakhir. Apakah ayahnya itu akan meninggal atau anaknya yang mungkin meninggal dan semua itu menjadi hilang. Tetapi apa yang Allâh Al Hayyu, berikan kepada Nabi (s.a.w.) tidak akan mati (hilang ?). Apa yang Allâh swt berikan kepada Sayyidina Muhammad (s.a.w.) adalah tetap hidup (abadi). Dia bersabda, inna alladhîna yubây`ûnaka innamâ yuba`yûnallâh – "Lo! Mereka yang berba’iyat kepadamu (Muhammad), berba’iyat kepada Allah. Tangan Allah berada di atas tangan mereka." [QS 48:10].Qâla man yubâ'yaaka Yâ Muhammad, faqad bayâ`nî. Dia bersabda, "Barangsiapa memberimu ba’iyat ya Muhammad, (berarti) membuat ba’iyat kepada Ku." Itu artinya ketika para Sahabat membuat ba’iyat kepada Nabi Muhammad (s.a.w.), berarti Nabi (s.a.w.) hilang ke dalam Hadirat Ilahi. Hanya Allâh yang berada di situ. Indamâ qâla inna alladhîna yubâ`ûnaka. [Ketika Dia berkata, "Barangsiapa memberimu ba’iyat…"] Dia membuat sebuah konfirmasi tentang sesuatu. Itu adalah sebuah konfirmasi yang berarti itu harus ditunjukkan kepada orang itu. Jika mereka membuat suatu konfirmasi, mereka harus menunjukkan suatu bukti nyata (jelas, lengkap) : seperti ketika mereka membuat percobaan di laboratorium sains. Mereka harus membuat bukti lengkap apa yang telah dilakukan Allâh. fa Hûa yaqûl, inna alladhîna yubâ`ûnaka... melihat dengan bukti, bukan hanya dari kata-kata, tetapi dengan melihat haqîqat, kebenaran. Mereka yang memberimu ba’iyat mereka memberikannya kepada Allâh. Itu artinya pada saat itu, ketika para Sahabat meletakkan tangan mereka bersama Nabi (s.a.w.), mereka berada dalam Hadirat Ilahi, dia membawa mereka kepada Hadirat Ilahi, al-hadarat al-ilahiyya. Mereka berada di sana.Para Sahabat tidak lagi melihat apa-apa, tetapi mereka berada dalam al- hadarat al-ilahiyya, mereka berada dalam hadirat Ilahi Allâh. Di dunia, jika kamu berada dihadapan seorang raja, engkau tidak lagi melihat dirimu. Wow, kamu bilang, ini adalah raja. Di Indonesia, ada seorang raja pada suatu waktu. Dua ratus juta manusia dibawah raja itu. Apa kamu ini jika dibandingkan dengan 200 juta itu ? Bukan apa-apa. Lalu apa yang kamu pikir ketika kamu berada di dalam Hadirat Raja Di Raja yang Hidup Abadi, yang menciptakan para raja ? Dia yang menciptakan mereka dan membuat mereka memerlukan makan dan minum. Itu artinya mereka juga memerlukan pergi ke kamar kecil. Dengan itu semua Dia membuat para Sahabat sampai di Hadirat Ilahi. Ketika mereka sampai di sana langsung mereka mencapai maqam al-fana'. Fanâ'un fillâh fana'un fir-rasûl, salla-Allâhu alayhi wa sallam. Mereka tidak lagi melihat diri mereka, mereka hanya melihat Allâh swt melalui mata Nabi (s.a.w.). Itulah mengapa ketaatan mereka kepada Nabi (s.a.w.) adalah 100%. Mereka patuh kepada Nabi (s.a.w.) 100%. Ketika mereka meletakkan tangan mereka dengan Nabi (s.a.w.) untuk ba’iyat, segera setelah tangan mereka menyentuh tubuh sucinya, para Sahabat (serta merta) beradar dalam Hadirat Ilahi. Untuk alasan ini, bila kita memberi ba’iyat kepada seorang wali, serta merta ketika kita menyentuh tasngannya, dia meletakkan kita di Hadirat Nabi (s.a.w.). Itulah sebabnya ketika kita memberi ba’iyat kita katakan Allâhu Allâhu Allâhu Haqq. Walî itu meletakkan kamu di hadirat Nabi (s.a.w.) dan Nabi (s.a.w.) meletakkan kamu di Hadirat Allah, meletakkan kamu di Hadirat Ilahi untuk membakar habis kamu, untuk membakar habis ego mu, sehingga kamu tidak lagi memiliki keinginan kecuali yang diinginkan Allâh atas dirimu.Ketika kita membaca Sûrat al-Ikhlâs, kita katakan qul Hû Allâhu âhad. [katakan :] qul ya Muhammad. Hû al-ghayb ul-mutlaq alladhee lâ yurâ. Hû. Katakan Hû yang tak dapat dilihat, Dia yang tak dapat dikenali, Dia yang tak dapat dimengerti: yaitu Allâh. Dia yang tak dapat dimengerti, Dia yang tak dapat dilkenali, Dia yang tak dapat dilihat. Yang Satu itu adalah Allâh. Jadi ketika kita mengatakan Allâhû, kita mengatakan itu dalam cara yang bertentangan (berlawanan), kita katakan Allâh Hû. Dalam Sûrat al- Ikhlâs kita katakan Hû Allâh. Yang Satu yang tak dapat dilihat adalah Allâh. Kita tahu Allâh tetapi kita tidak tahu Hû. Allâh tahu Hû. Itulah sebabnya Dia meletakkan Hû pada awalnya (dalam Surat Al Ikhlash). Dia meletakkan Hû didepan Allâh. Hû mewakili Dhâtullâh, Sang Inti. Allâh mewakili asma. Disitu ada Sang Pencipta yang tidak diketahui siapapun, satu yang disebut oleh Allâh sebagai Hû. Ketika kita melakukan ba’iyat, (kepada) Satu yang kita tahu dengan nama Allâh adalah Hû. Begitulah kiranya mereka menelusuri jejak kembali, mereka membawa kita kembali, awliyâ-ullâh kepada Hadirat Ilahi, Hû.Jadi ketika kita mengatakan Allâh Hû mereka membawamu kepada Hadirat Ilahi. Dan ketika kamu megatakan Haqq, itu artinya kamu meng-konfirmasi bahwa sesungguhnya ruh kamu dapat melihat, namun diri kamu tidak dapat melihatnya. Dan apa yang kamu lihat hanyalah Busana (attributes) Allâh swt, Dia mendadani kamu, tanpa mengetahui Sang Inti, tidak satupun dapat mengetahui Sang Pencipta. Dan itu semua dilakukan, melalui Inna-Allâhdeena yuba`yunaka innama yuba`yunAllâh. Janganlah berpikir terdapat jalan untuk mencapai Allâh swt tanpa (melalui) Nabi (s.a.w.). Dia adalah khaliphatullâh fil ard. Bukan hanya di dunia ini saja, tetapi di seluruh penjuru alam semesta ini. Apapun yang diciptakan Allâh, Muhammadu Rasûlullâh adalah khalipha. Dia adalah wakil Allâh untuk semua ciptaan. Itulah mengapa dia (s.a.w.) mengatakan, "Âdam wa man dûnahu taht liwayî yawma al-qiyâma" – "mereka berada di bawah panji-panji (bendera) saya : mereka harus mendatangiku untuk membawa mereka ke Surga." Dia mengatakan, Anâ sayyida waladi âdama wa lâ fakhr. - "Saya adalah majikan bani Adam dan saya tidaklah berbangga." Apa pula ini, "Anâ sayyida waladi âdama?" Dan Allâh bersabda, Wa laqad karamnâ banî âdam. – "Kami memuliakan bani Adam" [QS 17:70].Dan Allâh bersabda, Alam taraw ann Allâha sakhara lakum mâ fis-samâwâti wa mâ fil-ard. - "Tidakkah engkau lihat bahwa Allah telah menaklukkan kepadamu segala sesuatu di langit dan di bumi …?" [QS 31:20] Itu berarti bagi bani Adam, segala sesuatu di langit dan di bumi adalah di bawah mereka. Maka itu berarti, karena dia adalah majikan bani Adam, dan semua berada di bawah mereka ini (bani Adam), maka itu berarti bahwa tidak ada satupun dapat berada di atas Nabi (s.a.w.)Ada malaikat yang berada di bawah perintah Nabi (s.a.w.). Ketika engkau mengambil ba’iyat dari seorang murshid, murshid haqîqî, murshid sungguh, para malaikat tadi menjadi saksi dan mereka membuat awrâd (dzikir) untuk kepentingan kamu sampai dengan Hari Pengadilan. Ketika engkau memutuskan untuk mengambil ba’iyat dari murshid sejati itu, dan tidak dari seorang yang pura-pura menjadi murshid dan bukan pula seorang yang dianggap orang sebagai murshid. Murshid sejati ini jarang, di dunia ini hanya terdapat 124,000 awliyâ-ullâh, hanya itu saja. Jika engka menemui seorang murshid haqiqi, ketika engkau memutuskan untuk mengambil ba’iyat darinya, pada saat itu, para malaikat (sejumlah yang bilangannya tidak dapat kamu bayangkan) itu dianugerahkan kepadamu untuk melayanimu. Bagaimana caranya melayani kamu? Apakah engkau berpikir ketika engkau menerima ba’iyat, engkau datang dengan baju kotor seperti itu dan tubuh kotor dan hati kotor, dalam Hadirat Nabi (s.a.w.) ?Serta merta para malaikat itu akan merubah penampilan mu sepenuhnya seperti pada saat (kamu ditanya di alam ruh) "Alastu bi-rabbikum" dalam menerima ba’iyat dengan Shaykh dan Shaykh membawamu kehadirat Nabi (s.a.w.) dan Nabi (s.a.w.) membawamu ke dalam Hadirat Allâh swt. Jika engkau (hendak) menemui orang, engkau akan mandi sehingga tidak bau. Apakah kamu berpikir ketika orang-orang berdatangan dengan berlari untuk mengambil ba’iyat, dengan tubuh yang tidak dibersihkan dan baju kotor adalah cara yang benar untuk mengambil ba’iyat? Tidak. Haa. Segera setelah engkau mengucapkan "saya mau di- ba’iyat" bahkan dalam baju kotor dan hati kotor, segera setelah kamu datang kesitu, para malaikat itu, dengan sentuhan mereka, mereka menyiram (semprot) kamu dengan busana dan dandanan cantik ini dan pada saat itu kamu kelihhatan seperti seorang yang lain, seperti manusia berpenampilan malaikat yang memakai baju surgawi; duduk bersama murshid itu. Murshid itu juga merubah penampilannya, kepada gambaran spiritualnya, sebagaimana dia terlihat di hadapan para awliyâ dan Nabi (s.a.w.), dan membawa kamu bersama segenap para malaikat tadi dalam busana yang telah mereka berikan kepadamu, sebagaimana dikatakan dalam hadits, "mâ jalasa qawman yadhkurûnallâh illa hafathum al-mala'ika wa gashîyahum ar-rahmat wa dhakarahumullâha fî man `indah." – "Tiada akan sekelompok orang yang duduk, yang meengingat dan menyebut Allâh, kecuali para malaikat akan mengelilingi mereka, dan mereka akan diselimuti rahmat dan Allâh akan mengingat mereka diantara mereka yang berada dalam Hadirat Nya."Ba’iyat seperti itu merubah kamu. Sehingga kamu menjadi seorang manusia tetapi memiliki kuasa malaikati surgawi – jadi ketika engkau berbaju kuasa malaikati ini, ketika engkau memasuki Hadirat Ilahi engkau tidak pingsan, engkau tidak menghilang. Karena engkau menjadi sebuah cahaya, dan sebuah sumber cahaya. Apa yang berada dalam hati awliyâ, kami tidak dapat mengatakan semuanya. Mereka tidak mengijinkan kamu mengatakan semuanya, bila tidak engkau akan tenggelam. Namun ada sebuah berita gembira bagi kita semua, bahwa dengan baraka guru murshid kita Shaykh Muhammad Nazim al-Haqqani, kita berada dalam kategori (golongan) itu. Aminn, Fatihah

Tidak ada komentar: